Petugas Evakuasi 518 Ular di Bantul, Sebagian Besar di Permukiman

5 days ago 10

Petugas Evakuasi 518 Ular di Bantul, Sebagian Besar di Permukiman Petugas saat mengevakuasi ular di permukiman warga. BPBD Bantul mencatat sebanyak 518 ekor ular telah dievakuasi sejak awal Januari hingga menjelang akhir Oktober 2025. - Dok/BPBD.

Harianjogja.com, BANTUL—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul mencatat sebanyak 518 ekor ular telah dievakuasi sejak awal Januari hingga menjelang akhir Oktober 2025.

Sebagian besar reptil tersebut ditemukan di area permukiman warga. Keberadaan mereka dinilai berpotensi mengganggu dan membahayakan keselamatan masyarakat, sehingga perlu segera ditangani oleh tim penyelamat.

Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan BPBD Bantul, Irawan Kurniato, menjelaskan bahwa puncak penanganan ular terjadi pada Maret 2025, dengan total 87 kasus evakuasi. Setelah bulan itu, jumlah penanganan sempat menurun sebelum akhirnya kembali meningkat menjelang akhir Oktober.

“Pada April tercatat ada 62 penanganan, Mei 58 penanganan, Juni 54 penanganan, Juli 47 penanganan, Agustus 42 penanganan, September 28 penanganan, dan hingga Rabu (29/10/2025) pagi ada 40 penanganan ular,” ujar Irawan Kamis (30/10/2025).

Salah satu evakuasi terbaru dilakukan setelah adanya laporan dari warga Kalurahan Argorejo, Kapanewon Sedayu, pada Senin (27/10/2025) sekitar pukul 13.45 WIB. Warga bernama Asih Suranta melihat dua ekor ular melilit di pohon dekat rumahnya dan segera menghubungi petugas melalui nomor WhatsApp Komandan Sektor Sedayu. Laporan tersebut kemudian diteruskan ke Pusdalops BPBD Bantul untuk ditangani lebih lanjut.

Petugas BPBD yang datang ke lokasi langsung melakukan evakuasi terhadap dua ular jenis cincin emas menggunakan peralatan khusus. Masing-masing ular memiliki panjang sekitar satu meter.

“Selama ini, ular-ular yang berhasil dilakukan evakuasi, ada yang diminta oleh pecinta satwa atau kolektor dan ada juga yang dilepas kembali di lokasi yang jauh dari permukiman,” kata Irawan.

Ia juga mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap kemunculan ular, terutama saat kondisi cuaca mulai berubah. Menurutnya, meningkatnya kasus penanganan ular pada Oktober ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh intensitas hujan.

“Karena hujan, habitat mulai teredam air dan mereka kesulitan mencari mangsa, sehingga ular-ular itu sering masuk ke pemukiman warga,” ujar Irawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|