Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Komisi XII DPR, Bambang Patijaya mengungkapkan bahwa kapasitas listrik nasional ditargetkan dapat mencapai 107 Gigawatt (GW). Khususnya dalam waktu 15 tahun ke depan.
Menurut Bambang, kapasitas listrik sebesar itu diperlukan guna mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8% di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Adapun, dari 107 GW tersebut, 75% diharapkan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT).
"Dalam 15 tahun ke depan Indonesia bangun 107 GW 75% dari energi EBT. Dari 107 GW untuk mendukung ekonomi 8%," kata Bambang dalam acara Special Dialogue Swasembada Energi CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Meski demikian, ia mengakui bahwa beberapa jenis pembangkit EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) misalnya, mempunyai kelemahan. Dimana jenis pembangkit ini bersifat intermiten atau tak selalu bisa diandalkan karena bergantung pada cuaca.
"Kelemahan energi solar dari matahari dan angin bergantung dengan alam butuh sehingga tidak pengaruh dengan supply," katanya.
Oleh sebab itu, ia menilai dibutuhkan pembangkit listrik berbasis baseload dengan minimal kapasitas 57 GW guna mengatasi persoalan intermiten dari pembangkit EBT tersebut.
Sebelumnya, Komisi XII DPR RI mendorong percepatan pengembangan Battery Energy Storage System alias Sistem Penyimpanan Energi Baterai di dalam negeri.
Hal ini dilakukan untuk mendukung target peningkatan kapasitas listrik nasional yang ditetapkan oleh pemerintah, sebesar 103 Gigawatt (GW) dalam 15 tahun mendatang.
Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto mengatakan bahwa dari tambahan kapasitas yang direncanakan sebesar 103 GW, sekitar 75% akan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Karena itu, peran BEES cukup penting sebagai teknologi penyimpanan energi untuk sejumlah pembangkit EBT.
Misalnya saja, untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (Wind Power) yang bersifat intermittent atau tidak selalu ada ketika dibutuhkan.
"Kalau kita ada 75 persen atau 75 GW kurang lebih renewable energy maka kita juga memerlukan apa yang disebutkan BESS atau BESS Battery Energy Storage System," kata Sugeng dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (15/1/2025).
Di sisi lain, Sugeng mengatakan bahwa beberapa bahan baku untuk memproduksi BEES telah tersedia di dalam negeri seperti nikel, kobalt dan tembaga. Sehingga, ia meminta agar peran dari Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi tidak hanya berorientasi pada perspektif hilirisasi yang dilakukan sekarang ini, namun lebih kepada industrialisasi.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: RUU EBT 5 Tahun Mandek Bikin Investasi EBT Sulit Berkembang
Next Article Trump Presiden, Rosan Sebut Ada Satu Peluang Indonesia