Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto bercita-cita membawa perekonomian Indonesia tumbuh 8%. Untuk mendukung itu, diperlukan ketersediaan energi yang cukup.
Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno mengatakan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi akan berdampak pada meningkatnya permintaan energi.
"Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, tentu akan diperlukan tambahan energi yang harus dimasukkan ke dalam sistem," ujar Eddy dalam acara CNBC Indonesia Road to Outlook - Energy Edition with ExxonMobil dengan tema "Energy Demand and Supply Outlook Through 2050" di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Ketersediaan energi juga tetap berpegang pada komitmen bauran energi pada 2060. Sehingga ada keseimbangan antara energi fosil yang masih digunakan saat ini dan energi bauran yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kita perlu menjaga keseimbangan antara energi terbarukan yang akan kita gunakan dengan bahan bakar fosil yang masih kita gunakan saat ini," ucap Eddy.
Menurut Eddy, faktor ekonomi yang menentukan kebutuhan energi. Saat Indonesia ingin meningkatkan kapasitas industri dan manufaktur, di satu sisi tetap harus memastikan bahwa semua ini berjalan dengan energi yang efisien. Eddy mengatakan bahwa efisiensi energi harus sejalan dengan pendekatan dekarbonisasi.
Eddy melihat Indonesia diberkahi sumber energi bauran yang melimpah dan juga batu bara yang kaya.
"Kita melihat potensi sekitar 3.700 gigawatt, bukan? Namun, di sisi lain, kita juga memiliki cadangan bahan bakar fosil yang melimpah, khususnya batu bara.Produksi batu bara kita mencapai sekitar 900 juta ton," papar Eddy.
Oleh karena itu, Eddy berpendapat bahwa investasi di sektor energi sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya target 8%. Di sisi lain, pengembangan bauran energi juga menguntungkan Indonesia karena bisa menarik investasi. Eddy juga membeberkan roadmap dalam meningkatkan bauran energi.
"Pada tahun 2035, kita akan mencapai bauran 50%, dengan proporsi yang seimbang antara bahan bakar fosil dan energi terbarukan. Pada tahun 2050, kita masih akan memiliki 75% energi dari bahan bakar fosil. Dari angka tersebut, sekitar 70% akan berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara dengan teknologi CCS (Carbon Capture and Storage)," terang Eddy.
Dalam mencapai target tersebut diperlukan investasi besar senilai US$30 miliar untuk peningkatan kapasitas energi terbarukan serta pembangunan jaringan transmisi.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bahlil Bakal Setop Ekspor Gas Demi Kebutuhan Dalam Negeri
Next Article ExxonMobil Mau Investasi Hingga US$ 15 Miliar Untuk Bisnis Baru di RI