Rutin Donor Darah Turunkan Risiko Sakit Jantung dan Strok

2 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Menjadi donor tidak hanya bermanfaat untuk kemanusiaan, tetapi juga diri si pemberi darah. Hal itu disampaikan dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit (RS) Hermina Samarinda, Helsa Eldatarina.

Ia menjelaskan, donor darah secara rutin dapat memicu produksi sel darah merah baru. Inilah yang kemudian menurunkan risiko penyakit-penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan strok.

"Dengan menurunnya stres oksidatif, maka terjadi perbaikan sel endotel pada pembuluh darah yang berkorelasi langsung dengan penurunan risiko kardiovaskular, seperti serangan jantung ataupun stroke," ujar dr Helsa Eldatarina di Samarinda, Kalimantan Timur, Ahad (28/9/2025).

Saat seseorang mendonorkan darah sekitar 350 hingga 450 cc, lanjut dia, tubuh orang itu akan kehilangan sejumlah sel darah merah dan zat besi untuk sementara waktu.

Namun, jelas Helsa, kehilangan tersebut lantas memicu respons fisiologis tubuh untuk segera mengganti volume plasma. Selanjutnya, sel-sel darah merah baru dari sumsum tulang mulai diproduksi.

"Proses inilah yang membuat tubuh menjadi lebih sehat karena secara efektif meregenerasi sel darah yang lebih segar dan produktif untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh," kata Helsa.

Ia memaparkan, penurunan kadar zat besi dalam tubuh akibat donor darah akan mengurangi tingkat stres oksidatif.

Stres oksidatif adalah kondisi kerusakan jaringan akibat paparan radikal bebas yang dapat memicu berbagai penyakit berbahaya, termasuk kerusakan pembuluh darah.

Meskipun memiliki manfaat besar, donor darah dapat menimbulkan efek samping ringan dan bersifat sementara, seperti pusing, lemas, atau sedikit memar di area suntikan.

Namun, ia menegaskan, risiko tersebut dapat diminimalkan. Caranya dengan istirahat yang cukup serta asupan cairan dan gizi yang memadai, baik sebelum maupun sesudah melakukan donor.

Helsa juga menepis kekhawatiran terkait penularan infeksi. Sebab, semua peralatan yang digunakan dalam proses donor darah dipastikan steril dan hanya untuk sekali pakai.

Untuk menjaga kondisi tubuh tetap prima, ia menyarankan interval donor darah yang ideal. Durasi yang baik adalah setiap tiga bulan bagi pria dan empat bulan bagi wanita.

"Perbedaan interval tersebut disebabkan karena cadangan zat besi pada wanita umumnya lebih rendah dibandingkan pria, serta adanya siklus menstruasi setiap bulan," demikian Helsa.

sumber : Antara

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|