Saham Big Cap Masih Tertekan, IHSG Kembali Bergerak di Zona Merah

19 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali melemah pada akhir perdagangan sesi I Selasa (14/1/2025),di tengah masih wait and see pasar pada hari ini.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melemah 0,5% ke posisi 6.981,48. IHSG pun terkoreksi ke level psikologis 6.900 pada sesi I hari ini.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5,2 triliun dengan melibatkan 8,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 830.588 kali. Sebanyak 300 saham menguat, 271 saham melemah, dan 219 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor keuangan kembali menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 1,42%.

Sejalan dengan sektor keuangan yang menjadi penekan terbesar IHSG, saham perbankan raksasa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) pun menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 11,2 indeks poin.

Selain itu, ada pula emiten energi baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) masing-masing sebesar 10,5 dan 5,8 indeks poin.

Berikut saham-saham yang menjadi penekan IHSG pada sesi I hari ini.

Sejatinya, IHSG sempat menguat terbatas di awal sesi I hari ini. Bahkan penguatannya juga berlangsung hingga pukul 11:00 WIB. Namun setelah itu, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah hingga terkoreksi ke level psikologis 6.900.

IHSG kembali merana di tengah wait and see investor yang masih terjadi hingga hari ini menjelang rilis data inflasi AS pada malam hari ini dan besok serta keputusan suku bunga terbaru Bank Indonesia (BI) pada esok hari.

Malam nanti, ada rilis data inflasi produksi Amerika Serikat. Data ini cukup penting sebagai sinyal kondisi daya beli masyarakat AS dan pertimbangan kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed.

Berdasarkan konsensus Trading Economics PPI AS pada Desember 2024 akan mencapai 3,2% yoy, mendingin dibandingkan bulan sebelumnya yakni 3,4%.

Kemudian, pada Rabu (15/1/2025) Indonesia akan mengumumkan nilai neraca dagang beserta ekspor dan impor pada Desember 2024.

Trading Economic smemperkirakan neraca dagang Indonesia akan surplus pada Desember 2024, namun nilainya berkurang menjadi US$4,33 miliar dibandingkan bulan sebelumnya US$4,42 miliar.

Sementara pertumbuhan ekspor diperkirakan melambat menjadi 8,5% yoy pada Desember 2024. Sementara pertumbuhan ekspor Indonesia pada November 2024 sebesar 9,14% yoy.

Sebaliknya, pertumbuhan impor Indonesia diperkirakan semakin ngegas menjadi 4% pada akhir tahun lalu, dibandingkan pertumbuhan November hanya 0,01% yoy.

Pada hari yang sama, BI juga akan mengumumkan suku bunga untuk Januari 2025.

Kabar ini sangat dinantikan oleh pelaku pasar, karena menantikan kebijakan suku bunga BI di tengah rupiah yang melemah terhadap dolar AS, ketidakpastian politik dan geopolitik global.

Sebelumnya,Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) kembali memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 6% per November 2024.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Selain itu, ia menekankan, fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak makin tingginya ketidakpastian perekonomian global akibat arah kebijakan Amerika Serikat (AS) dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global

Next Article Gagal Cetak Rekor Baru, IHSG Melemah Dibebani Kinerja 5 Saham Ini

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|