Saham Emiten Perbankan Mulai Bangkit, IHSG Bergairah

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berhasil menguat pada akhir perdagangan sesi I Rabu (15/1/2025), jelang keputusan suku bunga terbaru Bank Indonesia (BI) pada hari ini.

Per pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,62% ke posisi 6.999,47. IHSG sempat pulih ke level psikologis 7.000 di awal sesi I. Namun hingga akhir sesi I hari ini, IHSG hanya mendekati level psikologis tersebut.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5 triliun dengan volume transaksi mencapai 11 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 816.259 kali. Sebanyak 304 saham menguat, 259 saham melemah, dan 231 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi dan keuangan menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni masing-masing mencapai 1,34% dan 1,18%.

Sementara dari sisi saham, emiten perbankan raksasa mendominasi penopang IHSG di sesi I, dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi yang paling besar yakni mencapai 16,1 indeks poin.

Selain itu, ada pula saham PT Astra International Tbk (ASII) yang juga menopang IHSG sebesar 3,1 indeks poin.

Berikut saham-saham penopang IHSG di sesi I hari ini.

IHSG bergairah setelah dirilisnya data neraca perdagangan RI pada periode Desember 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan RI pada Desember 2024 masih berada di zona surplus. Surplus kali ini mencapai US$ 2,24 miliar. Ini adalah surplus dalam 56 bulan beruntun sejak Mei 2020.

Surplus disumbang oleh ekspor yang mencapai US$ 23,46 miliar, sementara impor hanya US$ 21,22 miliar.Surplus ini menyusut seiring dengan kenaikan impor pada akhir 2024. Kenaikan impor mencapai 8,10% pada Desember 2024.

"Kenaikan nilai impor secara bulanan ini didorong nilai impor non migas yang andilnya 4,04% dan juga kenaikan nilai impor migas dengan andil 3,07%," ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam rilis data BPS, Rabu (15/1/2025)

Namun, surplus kali inilebih rendah dibandingkan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Desember 2024 akan mencapai US$ 3,55 miliar.

Sepanjang Januari-Desember 2024, neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus kumulatif mencapai US$ 31,04 miliar. Surplus ini menurun dibandingkan total surplus neraca perdagangan 2023. Penurunan ini didorong oleh penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas tahun 2024.

Amalia mengatakan jika dilihat lebih rinci neraca perdagangan nonmigas surplus US$ 51,44 miliar lebih rendah US$ 5,35 miliar dibanding tahun 2023. Sementara itu, neraca perdagangan migas mencatatkan nilai defisit hingga US$ 20,40 miliar.

"Jika kita lihat menurut negara maka defisit migas terjadi dengan China US$ 11,41 miliar dan surplus terbesar adalah dengan AS sepanjang 2024," kata Amalia, kata Amalia, dalam rilis BPS, Rabu (15/1/2025).

Di lain sisi, pasar masih menanti keputusan terbaru suku bunga BI pada siang hari ini. Suku bunga (BI Rate) terakhir kali diturunkan sebesar 25 basis poin (bps) pada September 2024 dan selanjutnya ditahan pada Oktober, November, dan Desember 2024 di level 6%.

Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 15 lembaga/institusi secara absolut memproyeksikan bahwa BI akan kembali menahan suku bunganya di level 6%. Jika hal ini terjadi, maka BI telah menahan suku bunganya selama empat bulan beruntun.

Sebelumnya pada Desember 2024 lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global

Next Article IHSG Stagnan Setelah Jokowi Reshuffle Kabinet, Ini 5 Saham Movers

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|