Foto ilustrasi menu Makan Bergizi Gratis berupa mi ayam lengkap dengan sayur dan kerupuk pangsit serta buah. - dok - Harian Jogja
Harianjogja.com, KULONPROGO—Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulonprogo telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Makan Bergizi Gratis (MBG) pascainsiden keracunan siswa pada 31 Juli 2025. Sejak dibentuk pada pertengahan September lalu, Satgas MBG telah melakukan rapat koordinasi dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kulonprogo pada 11 dan 12 Oktober 2025. Total ada 26 SPPG di Kulonprogo, dan berdasarkan temuan Satgas MBG, sebagian besar masih memiliki banyak kekurangan.
Sekretaris Satgas MBG, Nur Hadiyanto, mengatakan fokus pengawasan Satgas adalah pemantauan proses distribusi, kuantitas, dan kualitas makanan, hingga jangkauan sekolah penerima MBG. Pemantauan dilakukan pada setiap tahapan, mulai dari proses pembuatan, penyajian, hingga konsumsi makanan oleh siswa.
Untuk memenuhi standar, Satgas menuntut pemenuhan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS), pelatihan penjamah makanan dari Dinas Kesehatan (Dinkes), uji laboratorium air, dan sertifikasi halal.
“Dari 26 SPPG di Kulonprogo, yang sudah memenuhi SLHS hanya enam. Pelatihan penjamah makanan baru ada di 23 SPPG, uji laboratorium air baru di 12 SPPG, dan belum ada satu pun SPPG di Kulonprogo yang memiliki sertifikasi halal,” kata Nur Hadiyanto kepada wartawan, Jumat (17/10/2025).
Oleh karena itu, Satgas MBG mendorong percepatan pemenuhan SLHS, pelatihan penjamah makanan, uji lab air, dan sertifikasi halal bagi SPPG yang belum memenuhi kualifikasi.
Nur Hadiyanto, yang akrab disapa Nurhady, menuturkan, berdasarkan evaluasi, didapati sebanyak 59.496 murid atau 67,79% siswa di Kulonprogo telah menerima manfaat MBG yang dilayani oleh 26 SPPG. Adapun total penerima MBG di Kulonprogo berjumlah 87.760 siswa.
“Namun, distribusinya masih belum merata. Ketidakmerataan terjadi di mana beberapa SPPG menangani jumlah pelajar yang terlalu banyak, sementara SPPG lainnya justru kekurangan,” jelasnya.
Data menunjukkan tujuh dari 26 SPPG melayani lebih dari 3.500 siswa. Nurhady menilai, satu SPPG yang menyediakan 3.500 porsi MBG sangat rentan menimbulkan risiko. Insiden keracunan terakhir pada 31 Juli 2025 menunjukkan bahwa sampel makanan terkontaminasi oleh tiga jenis bakteri berbahaya, yakni:
- Bacillus cereus pada nasi.
- Staphylococcus aureus pada tahu goreng dan sayur tumis.
- Escherichia coli pada semangka.
“Produksi skala besar dengan target melayani lebih dari 3.000 siswa per hari menjadi salah satu faktor risiko [keracunan], di mana makanan kadang dimasak malam sebelumnya lalu dipanaskan di pagi hari,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News