SBY Ungkap Penyebab Daya Beli Warga RI Anjlok, Sarankan Ini ke Prabowo

2 months ago 27

Jakarta, CNBC Indonesia - Struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia didominasi oleh konsumsi rumah tangga, yang porsinya lebih dari 53%. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi RI sangat tergantung pergerakan konsumsi atau daya beli masyarakat.

Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY mengatakan, kondisi ini yang membuat setiap pemimpin pemerintahan di Indonesia harus menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut tiap tahunnya, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi terus naik dan tidak stagnan tumbuh di kisaran 5% seperti satu dekade terakhir.

"Jadi pemerintah harus menjaga betul ini. Investasi penting, government spending penting, neto ekspor dikurangi impor penting, tapi di atas segalanya adalah ini (konsumsi rumah tangga)," kata SBY di program Squawk Box CNBC Indonesia, Senin (17/2/2025).

SBY pun menganggap, salah satu pemicu stagnannya pertumbuhan ekonomi hanya bergerak di kisaran 5% selama 10 tahun terakhir disebabkan daya beli atau konsumsi rumah tangga tak terurus. Ditandai dengan angka pengangguran secara riil yang besar ditambah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terus bermunculan.

Apalagi, gaji para karyawan termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN) seperti PNS, Polri, dan TNI tidak mengalami kenaikan tiap tahunnya, padahal pada saat yang bersamaan inflasi atau kenaikan harga-harga barang terus terjadi di kisaran target pemerintah 2,5% plus minus 1% seperti pada tahun ini dan tahun lalu.

"Ditambah lagi kebangkrutan usaha mikro dan kecil, hilang jabatan meskipun jabatan non formal. Orang yang kehilangan pekerjaan, tidak punya penghasilan, zero. Dari mana daya beli? Zero," tegas SBY.

"Nah kalau ini makin berkepanjangan, tidak ada stimulasi untuk mengangkat ini, ekonomi akan tumbuh seperti ini dan bahkan bisa lebih rendah. Oleh karena itu segala upaya diarahkan bagaimana menjaga konsumsi rumah tangga," ungkap purnawirawan jenderal bintang 4 itu.

Untuk menyelesaikan masalah konsumsi rumah tangga yang terus menerus tumbuh di bawah 5% saat ini, pemerintah kata SBY tidak ada opsi lain, selain menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya melalui kebijakan yang kondusif untuk mendorong investasi.

"Tolong ciptakan lebih banyak pekerjaan. Memang, teorinya ekonomi tumbuh, pekerjaan terbuka, tetapi pemerintah juga bisa mengalokasikan APBN-nya, APBD-nya di daerah to create more jobs. Kalau punya pekerjaan, mesti punya penghasilan dan daya beli. That's number one," ucap SBY.

Konsumsi rumah tangga itu menurutnya juga bisa dijaga oleh pemerintah dengan menggelontorkan bantuan sosial secara tepat sasaran kepada kelompok masyarakat miskin yang dari sisi penghasilannya saja hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, ataupun mereka yang sama sekali kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

"Pemerintah bagaimanapun melalui APBN dan fiskal, do something, tapi yang miskin betul, bantu. Itulah bansos. Harus tepat sasaran. Jangan sebar lebar, keliru. Bantu mereka agar bisa membeli lagi setiap harinya barang dan jasa," kata SBY.


(arj/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pengusaha Nilai Efisiensi Anggaran Tak Selamanya Negatif

Next Article Menko Airlangga Buka-bukaan Kondisi Kemiskinan di Indonesia, Simak!

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|