FOTO
(CNBC Indonesia/Faisal Rahman), CNBC Indonesia
05 November 2025 08:55
Pedagang buku menunggu pembeli di Sentra Toko Buku Kwitang, Jakarta, Selasa (4/11/2025). Sentra toko buku Kwitang masih cukup eksis meski kondisinya tak seramai dahulu ditengah gempuran marketplace. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Pada masa kejayaannya sentra toko buku Kwitang menjadi primadona untuk membeli buku baru hingga bekas dari berbagai kalangan. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Toko buku Kwitang menjual buku dengan harga cukup murah, mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 200.000. Tak hanya itu saja, harga-harga buku juga bisa ditawar. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Sentra toko buku Kwitang juga pernah menjadi lokasi syuting sejumlah film seperi Ada Apa Dengan Cinta (AADC), Di Kala Cinta Menggoda, dan 1001 Cara Menggaet Cowok. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Pantauan di lokasi, tak banyak aktivitas jual beli dan terlihat sejumlah pedagang disibukaan dengan menata tumpukan buku. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Terdapat buku berjudul 'AKU' karya Sjuman Djaya yang menjadi ikon film AADC. "Dulu ramai dan terekenal, banyak buat syuting film disini" kata salah satu pedagang di Sentra toko buku Kwitang kepada CNBC Indonesia. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Riuh tawar-menawar pelanggan hanya terjadi di beberapa toko dan itupun tidak seperti dahulu yang sangat ramai, kini hanya dikunjungi oleh beberapa pelanggan. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Adapun kawasan Kwitang sendiri disebut-sebut sebagai ‘surga pencinta buku’ Jakarta, bagi generasi 1980–1990-an. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Mereka pun menyebut Kwitang adalah tempat wajib untuk mencari bacaan. Saat itu, ratusan pedagang berderet di trotoar. Para mahasiswa, pelajar, hingga dosen kerap menyusuri lorong-lorong kecil mencari buku pelajaran, novel sastra, hingga edisi langka. Kini, hanya beberapa toko yang tersisa dan yang cukup ramai dikunjungi pelanggan pun hanya beberapa. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Menurut pengakuan beberapa pedagang, dahulu sebelum adanya penertiban di 2007, ada ratusan pedangan kaki lima yang menjajakan dagangan buku. Kini, hanya tersisa sekitar delapan penjual buku yang ada di kawasan tersebut, di mana empat toko menjual buku umum, tiga toko menjual buku-buku islam, dan satu toko menjual sedikit buku di trotoar. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
















































