Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan potensi kenaikan harga pangan menjelang Ramadan dan Idul Fitri 2025. Plt. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, M. Habibullah mengungkapkan bahwa berdasarkan data historis, inflasi selalu terjadi di berbagai kabupaten/kota pada bulan Ramadan, terutama pada sektor makanan, minuman, dan tembakau.
"Kalau kita lihat data dari tahun 2020, terjadi inflasi di 39 kota. Pada tahun 2021, jumlahnya meningkat menjadi 72 kota, dan pada 2022 mencapai 90 kota. Ini menunjukkan tren yang perlu diwaspadai," ujar Habibullah dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Senin (24/2/2025).
Adapun inflasi dominan, katanya, terjadi di daerah di luar Pulau Sumatera dan Jawa. Beberapa komoditas yang selalu menjadi penyebab utama inflasi menjelang Ramadan antara lain telur ayam ras, daging ayam ras, beras, cabai rawit, dan bawang putih.
"Pada Ramadan 2024, inflasi mencapai 0,52%, di mana kelompok makanan, minuman, dan tembakau menyumbang andil terbesar, yakni 0,41%," jelasnya.
Dia memaparkan, berdasarkan survei terbaru hingga 21 Februari 2025, delapan provinsi mengalami kenaikan Indeks Perubahan Harga (IPH), sementara 30 provinsi mengalami penurunan IPH dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, ia mengingatkan penurunan ini belum tentu berarti aman.
"Bisa saja transmisinya belum terjadi. Kalau tidak dimonitor dengan baik, tren kenaikan bisa kembali muncul dalam beberapa minggu ke depan," tegasnya.
Sejumlah provinsi yang mengalami kenaikan IPH antara lain Papua Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Papua Barat, dan Sumatera Barat. Komoditas yang menjadi penyebab kenaikan IPH di wilayah-wilayah ini mayoritas adalah cabai merah, cabai rawit, dan beras.
Lebih lanjut, Habibullah menyoroti tren inflasi di beberapa wilayah pada Ramadan 2024, di mana provinsi dengan inflasi tertinggi meliputi Sumatera Utara (0,72%), Banten (0,98%).
"Kalimantan Tengah itu merupakan provinsi yang inflasinya tertinggi untuk di Pulau Kalimantan. Bali dan Nusa Tenggara ada inflasi tertinggi ada di provinsi Bali. Untuk Sulawesi ada di Sulawesi Utara. Maluku dan Papua itu inflasi tertinggi ada di Papua Tengah dengan 1,01%," ungkap dia.
Sementara itu, wilayah seperti Nusa Tenggara Timur, Papua Selatan, dan Maluku sempat mengalami deflasi pada Ramadan 2024 lalu.
BPS menekankan pentingnya langkah antisipasi dan monitoring harga di tiap daerah. "Ini yang mohon menjadi perhatian ketika melihat data, ada historical data. Ini paling penting," pungkasnya.
(wur)
Saksikan video di bawah ini: