REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Salah satu raja yang paling dikenal dan dikenang rakyatnya di Tanah Sunda adalah Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah, Sultan Kesultanan Cirebon. Sunan Gunung Jati bukan sekadar raja, tetapi juga seorang ulama. Karena itu, dia pun dikenal sebagai raja yang gemar blusukan untuk berdakwan hingga ke pedalaman Tanah Sunda.
Blusukan Sunan Gunung Jati bukan untuk urusan politik semata, melainkan untuk menunaikan tugas utamanya sebagai ulama dan guru agama. Dia mencurahkan waktu dan tenaganya demi menyebarkan ajaran Islam ke berbagai pelosok pedalaman di Tatar Sunda.
Lantas untuk apa Sunan Gunung Jati blusukan? Dalam banyak kisah, Sunan Gunung Jati setelah menjadi raja atau sultan tidak meninggalkan kewajibannya sebagai seorang ulama atau guru agama Islam pada massanya.
Sehubungan dengan itu, Sunan Gunung Jati sering melakukan perjalanan blusukan ke berbagai daerah pedalaman untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakat. Sementara, urusan pemerintahan dititipkan kepada anaknya.
Dijelaskan dalam buku Biografi Sunan Gunung Jati: Sang Penata Agama di Tanah Sunda yang ditulis Wawan Hernawan dan Ading Kusdiana, bahwa di antara pokok perjuangan yang dilakukan Sunan Gunung Jati adalah memberikan pemahaman tentang ajaran agama Islam yang terdapat dalam Alquran dan hadits sebagai sumber ajaran agama Islam.
Permasalahannya adalah bagaimana Alquran dan hadits bisa dipelajari dan dipahami oleh masyarakat di wilayah Tanah Sunda. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan berusaha mengenalkan dan menyebarkan agama Islam kepada seluruh masyarakat di Tanah Sunda.