Terungkap! Alasan Banyak Generasi Muda Ogah Jadi Petani

1 day ago 4

Jakarta, Yogyakarta, CNBC Indonesia - Regenerasi petani di Tanah Air menjadi salah satu fokus pemerintah. Pasalnya, banyak generasi muda seperti Milenial dan Generasi Z yang tidak memiliki minat dalam bidang pertanian.

Berdasarkan hasil survei Jakpat pada tahun 2023, hanya 6 dari 100 generasi Z berusia 15-26 tahun yang ingin bekerja di bidang pertanian. Ada sejumlah alasan mengapa banyak generasi Z yang tak ingin bekerja di bidang pertanian.

Kepala LPDM, Manajer Pemasaran Gapoktan, R. Bangun menjelaskan bahwa pertanian di Indonesia hanya mengandalkan sistem monokultur, seperti padi sehingga kurang menarik bagi generasi muda.

Karena sistem monokultur memiliki siklus panennya yang panjang, sekitar tiga hingga empat bulan. Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal.

"Kalau hanya pertanian padi saja, monokultur, itu tidak menarik bagi generasi muda. Karena, panen sekali dalam 3-4 bulan. Menerima uangnya banyak, tapi 4 bulan. Jadi bulanan itu nggak ada," ujar R. Bangun dikutip Jumat (21/2/2025).

Maka dari itu, R. Bangun menjelaskan bahwa para petani muda di daerah Sleman, lebih banyak berfokus pada hortikultura dibandingkan dengan pertanian padi. Mereka menyadari bahwa diversifikasi tanaman memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan mengandalkan sistem monokultur.

Sebagai solusi, pemerintah provinsi mengenalkan program Lumbung Pangan Mataraman yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan sistem pertanian yang lebih bervariasi.

Dalam skema ini, seorang petani yang mengelola dua hektare lahan didorong untuk membagi lahannya ke dalam berbagai jenis tanaman dengan waktu panen yang berbeda-beda.

"Ada 2.000 meter untuk yang akan dipanen harian, mingguan, bulanan, dan 3 bulanan. Jadi disana menanam sawi, bayam cabut, 100-200 meter gitu kan. Nah kemudian tomat, cabai, nanti yang lainnya padi. Nah itu yang membuat ada perputaran," ujarnya.

Lumbung Mataraman bukanlah lumbung secara fisik akan tetapi berupa lumbung pangan hidup berbasis dari rumah tangga.

Pengelolaan Lumbung Mataraman diserahkan kepada gabungan kelompok tani (Gapoktan), kelompok wanita tani (KWT) ataupun unsur-unsur lain di desa tempat Lumbung Mataraman tersebut berada.

Pemerintah terus berupaya untuk menarik minat generasi muda agar mau terjun ke sektor pertanian. Hal ini seiring dengan kian berkurangnya jumlah petani di Indonesia.

Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengungkapkan bahwa bertani bisa menjadi profesi yang menjanjikan secara finansial. Tak tanggung-tanggung, penghasilan dari bertani bisa mencapai puluhan juta rupiah per bulannya.

"Pendapatannya setelah dihitung, hasil panen dan seterusnya, dikurangi beban biaya dan seterusnya, itu 15 orang itu masing-masing sebulannya rata-rata dapat Rp 15 sampai Rp 20 juta, itu maksudnya dari petani milenial yang ramai-ramai di media sosial," kata Sudaryono di Graha Mandiri, Jakarta dikutip Sabtu (1/2/2025).

Adapun, untuk mendapatkan pendapatan sebesar itu, pemerintah memberi sarana produksi pertanian agar anak muda bisa mengolahnya. Dengan perhitungan 15 orang dapat mengelola 200 hektare serta hasil panen yang besar, maka pendapatan petani muda sampai dua digit bukan tidak mungkin.

"Petani milenial itu namanya Brigade Pangan, kita cetak sawah di luar Jawa, di Kalimantan, di Sumatera, di Merauke, di Papua, di Sulawesi, kita ada optimalisasi lahan rawat dan juga cetak sawah. Kita ada optimalisasi lahan rawa dan juga cetak sawah, kan enggak ada orangnya di situ. Maka kita membentuk satu brigade dari pemuda lokal situ," katanya.

Alasan jumlah petani di Indonesia kian menyusut salah satunya karena semakin beragamnya pekerjaan di Indonesia. Kondisi saat ini berbeda dengan beberapa puluh tahun lalu dimana petani menjadi profesi yang menjanjikan.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Komitmen Swasembada Pangan Bikin Petani Sejahtera

Next Article Prabowo Mau Swasembada Pangan, Petani Jagung Beberkan Penyakit Klasik

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|