Topan Kalmaegi Tewaskan 114 Orang, Filipina Tetapkan Bencana Nasional

3 hours ago 3

Harianjogja.com. JOGJA—Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr., telah menetapkan status bencana nasional menyusul hantaman Topan Kalmaegi—salah satu topan terkuat tahun ini—yang mengakibatkan banjir parah di Filipina tengah. Bencana ini menewaskan sedikitnya 114 orang, dengan 127 lainnya dilaporkan hilang.

Topan Kalmaegi menyebabkan banjir meluas di kota-kota kawasan Cebu, pulau terpadat di wilayah tersebut. Data awal menunjukkan tingkat kerusakan yang signifikan dan jumlah korban yang tinggi.

  • Korban Tewas: Sedikitnya 114 orang meninggal dunia.
  • Korban Hilang: 127 orang dilaporkan hilang.
  • Korban Luka: 82 orang mengalami luka-luka.

Otoritas provinsi Cebu, sebagaimana dilansir dari AFP melaporkan tambahan 28 korban jiwa yang belum termasuk dalam data yang dirilis kantor pertahanan sipil nasional. Lebih dari 400.000 orang mengungsi akibat bencana ini di Cebu, yang berpenduduk 2,5 juta jiwa.

Sebagian besar korban tewas di Filipina disebabkan tenggelam akibat air bah lumpur yang mengalir dari lereng bukit ke permukiman. Pejabat setempat menggambarkan kerusakan akibat badai ini sebagai "belum pernah terjadi sebelumnya".

Presiden Marcos Jr. menjelaskan kepada wartawan pada Kamis (6/11/2025) bahwa keputusan penetapan status bencana nasional didasarkan pada besarnya kerusakan yang ditimbulkan Topan Kalmaegi, sekaligus antisipasi terhadap badai Uwan yang diperkirakan melanda pada akhir pekan.

"Hampir 10 wilayah, sekitar 10 hingga 12 wilayah, akan terdampak. Jadi jika sebanyak itu daerah yang terlibat, dengan cakupan sedemikian luas, maka ini merupakan bencana nasional," ujarnya kepada media lokal.

Status ini penting karena memberikan wewenang lebih kepada lembaga pemerintah untuk:

  • Mengakses dana darurat.
  • Mempercepat pengadaan dan distribusi barang serta jasa penting bagi korban.

Di Filipina, status ini ditetapkan ketika terjadi korban jiwa dalam jumlah besar, kerusakan properti signifikan, serta gangguan terhadap mata pencaharian dan cara hidup normal masyarakat.

Kesaksian Korban dan Relawan Penyelamat


Warga yang kembali ke rumah mereka yang hancur masih trauma dengan banjir mematikan awal pekan ini.

Jel-an Moira Servas, pemilik usaha yang tinggal di Kota Mandaue dikutip dari BBC mengungkapkan bahwa air tiba-tiba mencapai pinggangnya dalam hitungan menit.

"Saat ini hujan sudah benar-benar berhenti dan matahari bersinar, tetapi rumah kami masih penuh lumpur, dan semua yang ada di dalamnya berantakan," katanya.

"Kami bahkan tidak tahu harus mulai membersihkan dari mana. Saya tidak bisa melihatnya tanpa menangis."

Carlos Jose Lañas, seorang relawan penyelamat berusia 19 tahun, mengaku terkejut dengan besarnya bencana.

"Ini banjir terburuk yang pernah saya alami," kata pemuda 19 tahun itu. "Hampir semua sungai di Cebu meluap. Bahkan petugas darurat tidak memperkirakan skenario seperti ini."

Korban tewas resmi juga termasuk enam awak helikopter militer yang jatuh di Pulau Mindanao setelah dikerahkan untuk membantu operasi bantuan pada Selasa.

Dampak Regional dan Peringatan untuk Vietnam-Thailand

Topan Kalmaegi (disebut lokal sebagai Tino), adalah siklon tropis ke-20 tahun ini yang melanda Filipina. Badai ini telah meninggalkan Filipina pada Kamis (6/11/2025) pagi dan bergerak menuju Vietnam tengah.

Badai ini sejak itu menguat, dengan kecepatan angin maksimum meningkat dari 150 km/jam menjadi 155 km/jam.

  • Vietnam: Badai diperkirakan akan mendarat pada Kamis siang. Negara tersebut sebelumnya telah menghadapi banjir dan hujan rekor yang menewaskan puluhan orang, dan kini telah membatalkan atau menjadwalkan ulang lebih dari 50 penerbangan.
  • Thailand: Pejabat setempat bersiap menghadapi dampak badai ini, memperingatkan kemungkinan banjir bandang, tanah longsor, dan luapan sungai akibat Kalmaegi.

Ini terjadi belum sebulan setelah Topan Super Ragasa (Nando) dan Topan Bualoi (Opong) melanda Filipina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|