REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Emil Dardak mengapresiasi kerja keras personel Basarnas, BNPB, TNI, Polri, dan relawan dalam proses penanganan insiden ambruknya mushala Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur. Emil menyampaikan petugas dan Pemprov Jatim pun secara intens memberikan perkembangan proses terkini upaya evakuasi kepada orang tua korban.
"Orang tua yang kami temui kemarin itu sudah pada tahap berduka, tapi juga sangat resah, anxiety, dengan ketidakpastian, kalau pun anak saya meninggal dunia, mana jasadnya. Kami sangat berempati luar biasa, karena kehilangan saja sudah sulit, tapi belum ketemu jenazahnya itu menambah kesulitan," ujar Emil usai menghadiri The 54th Earoph Regional Conference di Hotel Novotel, Jakarta, Senin (6/10/2025).
Emil menyampaikan petugas berupaya mengevakuasi manual 58 santri yang sesuai dengan daftar pencarian oleh keluarga korban. Setelah melewati masa golden time, proses evakuasi pun dilakukan dengan menggunakan alat berat namun tetap mengedepankan proses kehati-hatian.
"Saat ini dengan bekerja keras luar biasa, ini ada 49 yang dievakuasi dari lapangan, itu pun dengan segala hormat, belum tentu artinya 49 orang, mohon maaf. Itu nanti tentu akan dikonfirmasi lagi, berapa jumlah individunya yang benar-benar telah dievakuasi," lanjut Emil.
Emil menyampaikan tim saat ini masih bekerja di lapangan dengan fokus ke sektor yang lebih dekat dengan gedung utama. Emil meyakinkan proses ini dilakukan secara intensif dan penuh kehati-hatian.
"Kita mitigasi betul risiko adanya, mohon maaf, korban yang terbawa material. Jadi material masuk ke dalam truk pengangkut dengan penuh kehati-hatian," kata Emil.
Bangunan mushala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk pada Senin, 29 September 2025, sekitar pukul 15.00 WIB. Peristiwa nahas ini terjadi saat ratusan santri tengah melaksanakan salat Asar berjamaah di dalam musala tersebut.
Menurut keterangan pengasuh ponpes, bangunan tiga lantai yang ambruk ini masih dalam tahap pembangunan saat kejadian. Keruntuhan dimulai dari bagian atas atau lantai empat, yang diduga akibat kegagalan konstruksi dan kelebihan beban, kemudian runtuh secara bertahap menimpa lantai-lantai di bawahnya.
Tim SAR gabungan dan petugas lainnya segera dikerahkan ke lokasi untuk melakukan proses evakuasi yang berlangsung selama beberapa hari. Proses evakuasi dilakukan dengan hati-hati tanpa menggunakan alat berat demi keamanan para korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan.
Pihak berwenang, termasuk BNPB, terus memperbarui data korban. Hingga Senin, 6 Oktober 2025, total korban meninggal dunia mencapai 50 orang, sementara 13 korban lainnya masih dalam pencarian. Tragedi ini menjadi salah satu musibah dengan korban terbesar di tahun 2025.