Jakarta, CNBC Indonesia - Pedagang di area pusat perbelanjaan Mangga Dua, Jakarta Utara mengeluhkan minimnya hasil penjualan. Hingga membuat mereka berandai-andai, daripada kesulitan punya usaha dagang seperti sekarang, lebih baik jadi karyawan alias bekerja di perusaan orang lain.
Pedagang mengaku hanya mampu mendapat omzet yang tak seberapa, bahkan makin seret, dan lebih buruk dari kondisi saat pandemi Covid-19. Saking sepinya, penjual mengaku lebih banyak bengong daripada meladeni pembeli.
Hal itu terungkap saat CNBC Indonesia hendak menelusuri pernyataan AS dalam dokumen Kantor Perwakilan Perdagangan AS, USTR, yang menyebut Mangga Dua selalu masuk daftar pengawasan terkait barang palsu dan barang bajakan. Terpantau hari Kamis (24/4/2025), kondisi di pusat perbelanjaan tampak sepi.
Lalu apa pemicu turunnya penjualan di pusat perbelanjaan Mangga Dua, seperti WTC Mangga Dua dan Mangga Dua Square?
Menurut pedagang, kemungkinan pedagang sekarang lebih memilih mengutamakan membeli barang kebutuhan pokok.
Selain itu, karena sudah tak ada lagi acara-acara dinas di hotel. Tanpa merinci lanjut, apakah acara tersebut merujuk pada kegiatan kedinasan pemerintah atau perusahaan swasta.
"Waktu pandemi kemarin masih mending banyak yang belanja, sekarang Rp 50 ribu sehari aja belum tentu. Kita lebih banyak bengong sekarang dibanding ngelayanin pelanggan," kata pedagang di Mangga Dua Square Anita, dikutip Jumat (25/4/2025).
Menurutnya, penurunan penjualan seperti tas hingga dompet dikarenakan masyarakat menjadikan barang-barang yang dijualnya sebagai kebutuhan terakhir setelah kebutuhan
Selain itu ada juga faktor lainnya, yakni efisiensi dari pemerintah.
"Sebelumnya banyak orang-orang daerah yang ke Jakarta buat dinas, ada acara di hotel-hotel dekat sini. Baliknya pingin bawa oleh-oleh dari Jakarta, jadi pada beli tas di sini. Banyak yang datang juga rombongan, sekarang udah ngga ada lagi," kata Anita.
Di tengah situasi yang sulit saat ini, Anita pun berharap bisa memilih bekerja lebih baik dibandingkan berusaha. Pasalnya belum tentu uang yang masuk sebanding dengan beban bulanan seperti biaya sewa lapak hingga kebutuhan sehari-hari.
"Kalau bisa kerja mah lebih baik kerja lah, yang udah kerja mending bertahan aja, dihemat-hemat aja. Apalagi biaya sekolah naik, biaya hidup juga sama, kalau usaha belum tentu lah," kata Anita.
Sepinya penjualan di WTC Mangga Dua juga berdampak ke pedagang warung makan alias kantin yang ada di pusat perbelanjaan tersebut.
"Kalau kerja kan dapat uang bulanan, udah pasti, dulu saya juga kerja di toko baju di sini (WTC). Tapi ada pengurangan karyawan banyak yang kena PHK termasuk saya jadi jualan di sini," kata penjual kantin yang ditemui CNBC Indonesia, Enda (bukan nama sebenarnya).
Saat ini pendapatan dari jualan makanan seperti mi instan dan kopi dingin dari kopi sachet. Namun setelah 3 tahun berdagang, kondisi saat ini lebih sulit dari yang sebelumnya bisa mendapat ratusan ribu sehari, namun saat ini mendapat omzet Rp 100.000 pun belum tentu.
"Sekarang yang penting mah bisa makan aja, yang penting bisa usaha," ucap Enda.
(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Efisensi Kementerian-Pemda, PHK Massal Bisnis Hotel Kian Nyata
Next Article Selamatkan Daya Beli & Industri RI, Ini Saran Buat Pak Prabowo!