Alasan Trump Bikin Kebijakan yang Bikin Geram China-Kanada-Meksiko

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump masih terus menggodok tarif untuk China, Meksiko, dan Kanada. Hal ini dilakukannya setelah baru saja mengemban jabatan Presiden AS 20 Januari lalu.

Secara rinci, Trump mengatakan pengenaan pajak sebesar 25% atas impor dari Kanada dan Meksiko serta pajak tambahan sebesar 10% atas barang-barang dari China akan mulai berlaku pada hari Selasa pekan depan. Untuk energi Kanada, komoditas itu menghadapi tarif yang lebih rendah sebesar 10%.

Presiden AS itu mengatakan langkah tersebut merupakan respons atas kekhawatirannya tentang imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba, dua dari janji utama yang menjadi dasar kampanyenya.

"Pengumuman tarif hari ini diperlukan untuk meminta pertanggungjawaban China, Meksiko, dan Kanada atas janji mereka untuk menghentikan banjir obat-obatan beracun ke AS," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (1/2/2025) dikutip BBC.

Trump memposting di platform Truth Social miliknya bahwa hal "ini dilakukan melalui Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (IEEPA) karena ancaman besar dari imigran gelap dan obat-obatan mematikan yang membunuh Warga Negara AS, termasuk fentanil."

Bersama-sama, China, Meksiko, dan Kanada menyumbang lebih dari 40% impor ke AS tahun lalu.

Untuk Kanada dan Meksiko, kedua negara itu memiliki ekonomi yang terintegrasi secara mendalam dengan AS. Bahkan, diperkirakan barang-barang manufaktur senilai US$ 2 miliar (US$ 32 triliun) melintasi perbatasan AS setiap hari dari dua negara itu

Penerapan tarif dan pembalasan berikutnya dapat menandai dimulainya era baru perang dagang global. Para ekonom telah memperingatkan penerapan pajak impor oleh AS, dan tanggapan dari negara-negara lain dapat menyebabkan kenaikan harga pada berbagai macam produk, mulai dari mobil, kayu, dan baja hingga makanan dan alkohol.

Atas manuver Trump ini, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum memerintahkan menteri ekonominya untuk menanggapi dengan tindakan tarif dan non-tarif. Tindakan tersebut diharapkan mencakup tarif balasan sebesar 25% atas barang-barang AS.

Sheinbaum juga meminta AS untuk berbuat lebih banyak untuk menekan aliran senjata ilegal ke negaranya yang seringkali digunakan dalan mempersenjatai kartel.

"Kami bersedia bekerja sama dengan AS. Masalah tidak diselesaikan dengan mengenakan tarif, tetapi dengan berunding," kata Scheinbaum.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan negaranya akan merespons hal tersebut. Pemerintahnya akan membalas dengan mengenakan tarif 25% pada barang  dari AS.

Barang-barang yang menjadi sasaran termasuk bir, anggur, bourbon, buah-buahan dan jus buah, sayuran, parfum, pakaian dan sepatu, serta peralatan rumah tangga, barang-barang olahraga, dan furnitur. Kayu dan plastik juga akan dikenakan pungutan.

"Kami tidak ingin berada di sini, kami tidak meminta ini," katanya pada konferensi pers Sabtu malam.

"Tetapi kami tidak akan mundur dalam membela warga Kanada."

Sementara itu, China mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka sangat tidak puas dengan tarif tersebut dan "menentang keras" pungutan itu. Beijing menambahkan bahwa mereka akan mengajukan gugatan hukum ke Organisasi Perdagangan Dunia terhadap AS atas "praktik yang salah" yang dilakukannya.

"Perang dagang dan tarif tidak memiliki pemenang," ujar seorang juru bicara di kedutaan besar China di Washington.

Wakil Perdana Menteri China Ding Xuexiang mengatakan kepada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, bulan lalu bahwa negaranya tengah mencari solusi "win-win" untuk mengatasi ketegangan perdagangan dengan AS.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Mau Tangguhkan Blokir Tiktok Usai Disahkan Mahkamah Agung

Next Article Trump Terpilih Jadi Presiden AS, Begini Reaksi Prabowo

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|