Apa Doktrin Nuklir Baru Putin? 'Modal' Penting Menuju Perang Dunia 3

17 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia akhirnya mengesahkan doktrin nuklir baru negara itu, Selasa (19/11/2024). Hal ini terjadi saat Moskow sedang dalam perang dengan Ukraina untuk mengambil alih seutuhnya wilayah Donbass dan Krimea.

Doktrin itu secara resmi dikenal sebagai 'Dasar-dasar Kebijakan Negara di Bidang Pencegahan Nuklir'. Doktrin yang tertulis sepanjang 4 halaman itu menguraikan kondisi ancaman-ancaman yang dapat dibalas dengan penggunaan senjata nuklir.

"Rusia akan mempertimbangkan serangan nuklir jika negara itu, atau sekutunya Belarusia, menghadapi agresi dengan penggunaan senjata konvensional yang menimbulkan ancaman kritis terhadap kedaulatan dan (atau) integritas teritorial mereka," kata doktrin baru tersebut, yang diteken Presiden Vladimir Putin.

"Agresi terhadap Federasi Rusia dan (atau) sekutunya oleh negara non-nuklir mana pun dengan partisipasi atau dukungan negara nuklir dianggap sebagai serangan gabungan mereka," tambah pernyataan itu.

Ditambahkan pula bahwa senjata nuklir dapat digunakan dalam skenario berikut:

1. Jika informasi yang dapat dipercaya diterima tentang peluncuran rudal balistik yang menargetkan wilayah Rusia atau sekutunya.

2. Jika senjata nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya menyerang wilayah Rusia atau sekutunya, atau digunakan untuk menyerang unit atau fasilitas militer Rusia di luar negeri.

3. Jika dampak musuh pada pemerintah atau fasilitas militer Rusia yang sangat penting dapat melemahkan kemampuan serangan nuklir balasan.

4. Jika agresi terhadap Rusia atau Belarus yang melibatkan senjata konvensional menimbulkan ancaman kritis terhadap kedaulatan dan integritas teritorial mereka.

5. Jika informasi yang dapat dipercaya diterima tentang lepas landas atau peluncuran pesawat strategis dan taktis, rudal jelajah, pesawat nirawak, kendaraan terbang hipersonik atau lainnya dan penyeberangannya ke perbatasan Rusia.

Ancaman langsung pada Amerika Serikat (AS)?

Hal ini sendiri ditekan setelah Presiden AS Joe Biden mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh yang dipasok Washington ke Ukraina untuk menyerang di dalam Rusia. Secara teknis, rudal yang diizinkan untuk dipakai menyerang Rusia adalah Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat, atau ATACMS. Rudal ini dapat menempuh jarak sekitar 190 mil.

Putin mengatakan pada 12 September bahwa persetujuan Barat untuk langkah tersebut akan berarti keterlibatan langsung negara-negara NATO, AS, dan negara-negara Eropa dalam perang di Ukraina. Ini dikarenakan infrastruktur dan personel militer NATO harus dilibatkan dalam penargetan dan penembakan rudal.

"Pencegahan nuklir ditujukan untuk memastikan bahwa musuh potensial memahami keniscayaan pembalasan jika terjadi agresi terhadap Federasi Rusia dan/atau sekutunya," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

Bersama-sama, Rusia dan AS mengendalikan 88% hulu ledak nuklir dunia. Putin adalah pengambil keputusan utama Rusia terkait penggunaan persenjataan nuklir Rusia.

Perubahan dalam doktrin tersebut telah berlangsung selama berbulan-bulan, dan bukan suatu kebetulan bahwa pengumuman versi baru pada hari Selasa diikuti oleh keputusan Washington selama dua hari untuk mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh tersebut untuk menyerang target di Rusia.

Selama berbulan-bulan, Presiden AS Joe Biden telah mempertimbangkan risiko eskalasi semacam itu.

Meski begitu, peneliti senior di lembaga pemikir pertahanan dan keamanan Royal United Services Institute di Inggris, Jack Watling, mengatakan penggunaan rudal jarak jauh Barat ke wilayah Rusia 'tentu saja tidak akan' memicu respons nuklir Moskow seperti yang ditakutkan sebagian pihak di Barat.

"Namun Rusia dapat meningkatkan berbagai cara untuk mengenakan biaya kepada Barat, mulai dari sabotase bawah laut hingga penggunaan proksi untuk mengganggu perdagangan di Bab Al Mandab selat di lepas Laut Merah tempat serangan terhadap pengiriman barang dikaitkan dengan pemberontak Houthi Yaman," ujarnya kepada AP.

Di sisi lain, peneliti Carnegie Russia and Eurasia Center, Tatiana Stanovaya, mencatat bahwa situasi saat ini memberi Putin godaan besar untuk melakukan eskalasi dan menandai 'titik kritis yang sangat berbahaya'.

"Putin mungkin ingin memberi Barat dua pilihan yang sulit: 'Apakah Anda menginginkan perang nuklir? Anda akan mendapatkannya,' atau 'Mari kita akhiri perang ini sesuai dengan ketentuan Rusia,'" tulisnya di X.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rusia Teken Dekrit Penggunaan Senjata Nuklir, Bisa Serang AS

Next Article PD 3 Benar-Benar di Depan Mata, Siaga Putin Umumkan Perang Nuklir

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|