Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Donald Trump mengambil langkah besar dalam kebijakan luar negerinya dengan menghentikan sementara berbagi intelijen dengan Ukraina. Direktur CIA John Ratcliffe pada Rabu (5/3/2025) mengonfirmasi keputusan ini, yang menambah tekanan pada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk segera menyetujui pembicaraan damai dengan Rusia.
Keputusan ini datang setelah langkah Amerika Serikat yang sebelumnya telah menghentikan bantuan militer ke Kyiv. Langkah tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa kemampuan Ukraina dalam mempertahankan diri dari serangan rudal Rusia akan makin melemah.
Keputusan ini juga mencerminkan perubahan sikap Trump yang kini lebih lunak terhadap Moskow dibandingkan dengan dukungan kuatnya sebelumnya terhadap Ukraina.
Tekanan dari AS tampaknya mulai membuahkan hasil. Trump mengungkapkan bahwa ia telah menerima surat dari Zelensky yang menyatakan kesiapan Ukraina untuk bernegosiasi.
"Saya pikir di bidang militer dan intelijen, penghentian sementara ini akan segera berakhir," kata Ratcliffe dalam wawancara dengan Fox Business Network.
"Kami akan bekerja bahu membahu dengan Ukraina untuk menahan agresi yang ada, tetapi juga untuk menciptakan kondisi yang lebih baik bagi proses perundingan damai ini."
Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, dalam wawancara terpisah di Fox News, mengatakan bahwa Trump bersedia mengembalikan bantuan ke Ukraina jika perundingan damai dapat diselenggarakan dan ada langkah-langkah membangun kepercayaan.
Seorang sumber yang mengetahui situasi ini mengatakan bahwa pemerintahan Trump telah menghentikan "segala bentuk" dukungan, termasuk data penargetan yang digunakan Ukraina untuk menyerang sasaran Rusia. Sumber lain menyatakan bahwa berbagi intelijen hanya "sebagian" yang dihentikan, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Langkah Washington untuk menghentikan bantuan militer pada Senin terjadi setelah pertemuan Gedung Putih yang panas antara Trump dan Zelensky pada Jumat lalu. Keduanya terlibat dalam adu argumen di depan media internasional, yang menyebabkan penundaan penandatanganan kesepakatan mineral antara Ukraina dan AS.
Namun, kesepakatan tersebut kembali berjalan, dan menurut seorang pejabat senior pemerintahan AS, penandatanganan diharapkan segera dilakukan setelah Zelensky menerima saran dari pejabat AS selama akhir pekan. Zelensky juga mengeluarkan pernyataan yang lebih bersahabat, berterima kasih kepada AS atas dukungannya dan menyatakan penyesalan atas insiden pertemuan Jumat lalu.
Beberapa sumber mengatakan bahwa Trump ingin menandatangani kesepakatan mineral sebelum pidatonya, namun rencana tersebut tidak terlaksana. Dalam pidatonya, Trump tetap merujuk pada surat yang diterimanya dari Zelensky.
"Penandatanganan ini akan menjadi langkah pertama dalam proses negosiasi yang lebih panjang antara Ukraina, Washington, dan Rusia untuk mengakhiri perang," kata pejabat senior tersebut, dilansir Reuters.
Hingga saat ini, Kedutaan Besar Ukraina di Washington dan Kementerian Luar Negeri Ukraina belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.
Kecaman Parlemen
Beberapa anggota parlemen AS mengecam keputusan penghentian berbagi intelijen ini. Senator Mark Warner, Wakil Ketua Komite Intelijen Senat, menyebut keputusan ini sebagai "tindakan keliru" yang memberikan keuntungan kepada Rusia.
"Saya ingin menegaskan: Memotong dukungan intelijen untuk mitra kami di Ukraina akan mengorbankan nyawa warga Ukraina," kata Warner dalam pernyataannya.
Sementara itu, negara-negara Eropa sedang bergegas meningkatkan belanja pertahanan mereka dan mempertahankan dukungan bagi Ukraina. Prancis dan Inggris dikabarkan tengah menyusun rencana perdamaian yang akan diajukan ke AS dalam beberapa hari ke depan.
Dalam pidatonya di hadapan Kongres pada Selasa, Trump mengeklaim bahwa Kyiv telah bersedia menandatangani kesepakatan eksploitasi deposit mineral kritis Ukraina, sebagai bagian dari persyaratan AS untuk mendapatkan kembali biaya bantuan militer yang telah diberikan.
"Sudah waktunya untuk mengakhiri perang yang tak masuk akal ini. Jika Anda ingin mengakhiri perang, Anda harus berbicara dengan kedua belah pihak," kata Trump.
Dampak bagi Ukraina
Sejak awal invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022, AS telah memberikan intelijen penting kepada Ukraina, termasuk informasi yang membantu menggagalkan upaya Presiden Rusia Vladimir Putin untuk merebut Kyiv.
Namun, dalam waktu kurang dari dua bulan sejak menjabat, Trump telah mengguncang kebijakan luar negeri AS, mengejutkan dan menjauhkan sekutu-sekutu Eropa serta meningkatkan kekhawatiran tentang masa depan NATO. Ia juga mengakhiri isolasi diplomatik terhadap Putin melalui serangkaian panggilan telepon dan pertemuan antara pejabat AS dan Rusia di Arab Saudi serta Turki, yang tidak melibatkan Ukraina atau sekutu Eropanya.
Beberapa analis mengatakan bahwa penghentian berbagi intelijen AS ini dapat memperburuk situasi Ukraina di medan perang, mengingat sekitar 20% wilayahnya masih diduduki oleh pasukan Rusia.
"Sayangnya, ketergantungan kami dalam hal ini cukup serius," kata Mykola Bielieskov, peneliti di Institut Nasional Studi Strategis Ukraina.
Ia menambahkan bahwa Kyiv sangat bergantung pada AS untuk memperoleh informasi mengenai pergerakan militer Rusia di wilayah yang diduduki serta serangan yang direncanakan terhadap Ukraina. Serangan-serangan ini sering kali menyasar bangunan sipil seperti sekolah dan rumah sakit, menewaskan ratusan ribu warga sipil.
"Kami akan memiliki lebih sedikit waktu untuk bereaksi, lebih banyak kehancuran, lebih banyak korban jiwa. Ini semua akan melemahkan kami dengan sangat, sangat signifikan," ujarnya.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Trump-Putin Dituduh Bersekongkol Setop Bantuan ke Ukraina
Next Article Menanti Sentuhan 'Magis' Trump di Rusia-Ukraina, Perang Berakhir?