Asing Ramai-ramai Kabur Tinggalkan RI, Ini Penyebabnya

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak perusahaan global di sektor pasar modal yang meninggalkan Indonesia. Baru-baru ini, Shrodes yang merupakan raksasa manajer investasi dunia berbasis London, turut berencana menutup operasional di Indonesia.

Hal itu diungkap CEO Schroders Richard Oldfield. Alasannya, perusahaan ingin memangkas cabang yang berkinerja buruk sebagai upaya meningkatkan kembali performa usai mencatat pendapatan yang mengecewakan.

Sebagai informasi, Schroders Indonesia mengelola sekitar Rp 70 triliun dana kelolaan dengan nyaris dua per tiga terikat dalam kelas aset saham di pasar modal.

Raksasa Global Kabur dari RI

Sebelumnya, ada 6 raksasa global yang melepaskan unit bisnisnya di pasar modal RI. Semuanya merupakan broker saham asing.

Masing-masing adalah PT Citigroup Sekuritas Indonesia (CSI), PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia (asal Amerika Serikat/AS), (PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia (asal AS), PT Deutsche Sekuritas Indonesia (asal Jerman), PT Nomura Sekuritas Indonesia (asal Jepang), dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia.

PT Citigroup Sekuritas Indonesia (CSI)

PT Citigroup Sekuritas Indonesia (CSI) bagian dari Citibank Indonesia, resmi menghentikan bisnisnya yang telah dibangun selama 11 tahun. Penghentian bisnis Citigroup Sekuritas ini terjadi seiring dengan proses penjualan bisnis consumer banking Citi di Indonesia. Selain Indonesia, Citigroup juga memutuskan untuk keluar dari bisnis consumer banking di belasan negara lainnya, seperti Korea Selatan (Korsel).

CNBC Indonesia mencatat, Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi mencabut Surat Persetujuan Anggota Bursa (SPAB) PT Citigroup Sekuritas Indonesia, terhitung Rabu 10 November 2021. Dengan pencabutan SPAB tersebut, Citigroup Sekuritas Indonesia tidak lagi menjalankan bisnis perdagangan efek di tanah air.

Perusahaan sekuritas dengan kode broker CG ini sebelumnya teregistrasi sebagai Anggota Bursa pada 7 Juli 2010 dengan nomor 250.

BEI menyebut, PT Citigroup Sekuritas mengajukan permintaan untuk menghentikan aktivitas perdagangan efek (voluntary suspension).

Berdasarkan data BEI, Citigroup Sekuritas adalah perusahaan sekuritas yang sahamnya dimiliki 85% oleh Citibank Overseas Investment Corp USA, dan 15% dimiliki Gunawan Geniusahardja. Perseroan tidak menjalankan transaksi efek sejak Oktober 2021. Adapun, nilai modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) perseroan pada November 2021 mencapai Rp 293,36 miliar.

Morgan Stanley Sekuritas Indonesia

Morgan Stanley secara resmi sudah mengumumkan untuk menghentikan kegiatan perantara perdagangan efek (PPE) atau brokerage (broker saham) di Indonesia. Dalam keterangan yang disampaikan oleh manajemen MS, perusahaan ini akan tetap memfasilitasi perdagangan efek di Indonesia untuk kliennya, dengan bekerjasama dengan broker lokal.

Bursa Efek Indonesia (BEI) juga telah mencabut Surat Persetujuan Anggota Bursa (SPAB) milik PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia atau dulu bernama PT Morgan Stanley Asia Indonesia terhitung 30 Juni 2021.

SPAB milik Morgan Stanley Indonesia bernomor SPAB-250/JATS/BELANG/04-2012, tertanggal 23 April 2012 dan nomor registrasi 253. Morgan Stanley Indonesia selama ini beroperasi sebagai broker saham kode anggota bursa yakni MS.

BEI menyebutkan hengkangnya broker asing dari Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Morgan Stanley, disebabkan karena semakin turunnya pembobotan saham-saham di negara Asean, termasuk Indonesia dalam pembobotan Indeks MSCI.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan pembobotan saham-saham di kawasan ini dalam MSCI mulai terdesak oleh saham-saham China, yang juga masih dikategorikan sebagai negara berkembang dalam indeks tersebut.

"Kenapa Morgan Stanley cabut sebaiknya ditanyakan ke mereka secara langsung. Tapi mungkin dengan semakin turunnya weightings Asean (termasuk Indonesia) di MSCI (terdesak China yg masih dianggap emerging countries)," kata Laksono.

Merrill Lynch Sekuritas Indonesia

Merrill Lynch resmi menutup bisnis aktivitas perantara pedagang efek atau broker di Indonesia pada 2019. Menurut catatan CNBC Indonesia, per 11 Juli 2019, perusahaan yang memegang izin perantara perdagangan efek (brokerage) ini tidak lagi melakukan aktivitas jual beli saham.

MLSI merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan perusahaan keuangan kelas dunia BofA Securities atau sebelumnya bernama Bank of America Merrill Lynch. Sebelumnya Merrill Lynch merupakan salah satu investment bank besar yang ada di bursa Wall Street, Amerika Serikat (AS).

Namun krisis yang terjadi di AS pada 2008 membuat Merril Lynch goyah dan harus menerima kenyataan diakuisisi oleh Bank of Amerika (BoA) pada 1 Januari 2009.

Setelah diakuisisi, pada 2011 Bank of America Merrill Lynch mengintegrasikan divisi korporasi dan investment banking. Lalu pada February 2019, Bank of America Merrill Lynch mengumumkan rebranding divisi investment banking mereka menjadi BofA Securities.

Dalam laporan keuangan broker dengan kode ML ini disebutkan, sejak 1 Januari 2019 perusahaan induknya telah diakuisisi oleh Bank of America Corporation. MLSI melanjutkan usahanya sebagai anak usaha Bank of America.

Di Indonesia MLSI berdiri pada tahun 1994, dan mendapatkan persetujuan sebagai penjamin emisi efek dan perantara perdagangan efek dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), sekarang menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada 8 Januari 1996.

Deutsche Sekuritas Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi mencabut Surat Persetujuan Anggota Bursa (SPAB) dari PT Deutsche Sekuritas Indonesia yang berlaku sejak 17 April 2020.

Deutsche Sekuritas mendapatkan SPAB bernomor 236/JATS/BEJ.ANG/12-2024, tangga 9 Desember 2004 dengan kode perdagangan DB dan nomor registrasi 239.

Pada Juli 2019, Deutsche mengajukan rencana pengunduran diri sebagai salah satu Anggota Bursa (AB). Pengunduran diri ini sejalan dengan langkah restrukturisasi masal yang dilakukan oleh induk usahanya Deutsche Bank Group.

Dengan selesainya proses ini, maka kursi AB milik Deutsche dikembalikan kepada bursa dan memperoleh pengembalian sesuai dengan harga nominalnya. Adapun kursi AB tersebut bisa dijual atau dilelang kepada pihak lain atau sekuritas lain yang ingin menjadi anggota bursa (pemegang saham BEI).

Sebelumnya Deutsche Sekuritas yang dipimpin oleh Modestus Reggy Melhen Susanto, mantan jurnalis The Jakarta Post dan bekas analis Panin Sekuritas dan Macquire Group ini mencatat deretan pemegang saham perusahaan yakni DB International (Asia) Limited 14%, Elisabeth Tanzil 1%, dan Deutsche Asia Securities Pte Ltd 85%.

Cabutnya sekuritas ini dari Indonesia sejalan dengan langkah restrukturisasi besar-besaran yang dilakukan oleh Deutsche Bank AG. Bank asal Jerman ini memutuskan untuk menghentikan bisnis trading saham dan memangkas 18.000 karyawannya sampai dengan 2022 nanti.

Hal itu dilakukan lantaran bank ini terus mengalami kerugian menahun dan memutuskan untuk merampingkan bisnisnya dan hanya berfokus untuk fokus melayani perusahaan di Eropa dan nasabah ritel.

PT Nomura Sekuritas Indonesia

Nomura adalah perusahaan efek patungan yang didirikan pada tanggal 11 Desember 1989. Broker dengan kode FG ini memiliki izin usaha sebagai penjamin emisi efek (underwriter) dan brokerage.

Sebagaimana diwartakan CNBC Indonesia, pada 19 Juli 2019, Nomura mengurangi aktivitas bisnis, terutama perantara perdagangan efek (brokerage) di Indonesia.

Berdasarkan penelusuran di website BEI, Nomura Sekuritas Indonesia, seperti ML dan DB, sudah tidak lagi muncul di laman Profil Anggota Bursa.

Namun demikian, Nomura akan terus melakukan kegiatan usaha terkait dengan Izin Penjaminan Emisi Efek sebagaimana tertuang dalam pengumuman.

PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia

PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia mengumumkan pembubaran bisnisnya melalui proses likuidasi setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) mencabut Surat Persetujuan Anggota Bursa (SPAB) per 8 Desember 2023 lalu

Nah, itu dia daftar raksasa global asing di sektor pasar modal yang ramai-ramai cabut dari Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat!


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Raksasa Global Hengkang, Benarkah Pasar Modal RI Tak Menarik?

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|