Awas RI! Trump Mulai Menebar Ancaman, Negara Ini Jadi Korban Pertama

1 day ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurang dari seminggu menjabat sebagai presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memicu sengketa tarif internasional pertamanya. Uniknya, target kali ini bukanlah negara-negara seperti China, Meksiko, atau Kanada yang sering menjadi sasaran kebijakannya, melainkan Kolombia, salah satu sekutu terdekat Amerika Serikat di Amerika Selatan.

Melansir BBC, penyebab utama ketegangan ini adalah keputusan Kolombia yang menolak mendaratkan dua penerbangan militer AS yang membawa migran dideportasi. Kolombia bersikeras migran tersebut harus dikirim menggunakan pesawat sipil, bukan pesawat militer. Langkah ini memicu reaksi keras dari Trump, yang segera mengancam dengan sanksi besar-besaran.

"Kami tidak akan membiarkan pemerintah Kolombia melanggar kewajiban hukumnya terkait penerimaan dan pemulangan para penjahat yang mereka paksa masuk ke Amerika Serikat," tulis Trump di media sosialnya, dikutip dari BBC, Selasa (28/1/2025).

Trump bahkan mengancam akan memberlakukan tarif sebesar 25% pada produk Kolombia, termasuk larangan perjalanan dan pencabutan visa bagi pejabat pemerintah Kolombia serta sekutu mereka. Namun, ancaman tersebut akhirnya tidak diwujudkan setelah Kolombia setuju menerima migran yang dideportasi menggunakan pesawat militer AS tanpa syarat.

Selama minggu pertamanya menjabat, Trump tampaknya memprioritaskan tindakan eksekutif terkait imigrasi daripada langkah-langkah perdagangan. Seolah-olah untuk menegaskan hal itu, Trump sekarang tampaknya siap untuk menghukum negara-negara yang menurutnya tidak cukup mendukung kebijakan imigrasi garis keras baru Amerika.

Ia memberikan peringatan kepada sekutu dan musuh AS: Jika Anda tidak bekerja sama dengan AS, konsekuensinya akan berat.

Adapun tarif yang diancamkan Trump terhadap Kolombia sempat memunculkan kekhawatiran besar. AS mengimpor sekitar 27% kopi dari Kolombia, dengan nilai perdagangan hampir mencapai US$ 2 miliar. Selain kopi, Kolombia juga mengekspor barang-barang seperti pisang, alpukat, minyak mentah, dan bunga ke AS. Ancaman tarif semacam ini tidak hanya akan melukai perekonomian Kolombia tetapi juga mempengaruhi konsumen di Amerika Serikat.

Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato khusus dari jarak jauh selama pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahunan ke-55 di Davos, Swiss, 23 Januari 2025. (REUTERS/Yves Herman)Foto: Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato khusus dari jarak jauh selama pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahunan ke-55 di Davos, Swiss, 23 Januari 2025. (REUTERS/Yves Herman)
Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato khusus dari jarak jauh selama pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahunan ke-55 di Davos, Swiss, 23 Januari 2025. (REUTERS/Yves Herman)

Reaksi Kolombia

Presiden Kolombia, Gustavo Petro awalnya memberikan tanggapan keras terhadap ancaman Trump. Petro menegaskan, negaranya siap menerima warga negara yang dipulangkan, tetapi menuntut agar mereka diperlakukan dengan bermartabat. Dalam pernyataannya, Petro menyindir kebijakan imigrasi Trump yang dianggapnya tidak manusiawi, bahkan menuduh Trump memandang Kolombia sebagai "ras yang lebih rendah".

Petro kemudian menggambarkan dirinya sendiri sebagai orang yang "keras kepala" dan mengatakan, meskipun Trump dapat mencoba "melaksanakan kudeta" dengan "kekuatan ekonomi dan kesombongan", singkatnya, ia akan melawan balik.

Yang paling penting, kata Petro, "Sejak hari ini, Kolombia terbuka untuk seluruh dunia, dengan tangan terbuka."

Ini adalah sesuatu yang seharusnya menjadi perhatian presiden AS yang ingin menangani migrasi. Pejabat pemerintahannya yang baru telah menjelaskan bahwa misi tersebut akan memerlukan upaya lebih jauh dari perbatasan Meksiko.

Wakil Menteri Luar Negeri AS, Christopher Landau telah lama berpendapat, "bekerja sama dengan negara lain untuk menghentikan arus migrasi seperti itu harus menjadi keharusan global kebijakan luar negeri AS".

Puluhan ribu migran setiap tahun dari seluruh dunia, dari India hingga China, menuju utara Amerika setelah mendarat di Amerika Selatan dan melakukan perjalanan melalui Kolombia melintasi Celah Darien, titik sempit utama di utara perbatasan Panama-Kolombia. Ini adalah perjalanan berbahaya yang biasanya difasilitasi oleh geng kriminal.

Dalam tanggapannya terhadap tindakan Trump, Presiden Petro mencatat bahwa jika pembicaraan mengenai pengelolaan migrasi melalui Darien ditangguhkan, "kegiatan ilegal akan meningkat". Komentar tersebut dapat dilihat sebagai ancaman terselubung akan semakin banyaknya migran tidak berdokumen.

Petro segera mengatakan, negaranya tidak akan menolak warga negara Kolombia yang dideportasi dari AS, hanya saja mereka harus menerima "perlakuan bermartabat".

Bahkan setelah Kolombia bertindak untuk meredakan pertikaian tersebut, negara itu mengatakan dialog akan tetap dilakukan untuk "menjamin martabat warga negara kami".

Namun tarif semacam ini merupakan ujian kemauan, dan masih dapat diterapkan ke negara lain yang tidak menyetujui tuntutan AS. Dari kelihatannya, ini hanyalah langkah awal Trump.


(wur)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Setop Bantuan AS Luar Negeri Selama 90 Hari

Next Article Terungkap! Ini Sosok Mau Bunuh Donald Trump Pakai Senapan AK-47

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|