Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang menegaskan bahwa batu bara masih dibutuhkan dalam bauran energi nasional. Terutama untuk sektor kelistrikan di Indonesia.
Hal tersebut menyusul disahkannya Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034 oleh Kementerian ESDM, dengan penambahan kapasitas pembangkit listrik ditargetkan dapat mencapai 69,5 Gigawatt (GW).
Di dalam RUPTL ini, dari total 69,5 GW tersebut, porsi untuk pembangkit fosil akan dibangun sebesar 16,6 GW. Terdiri dari pembangkit berbahan bakar gas sebesar 10,3 GW dan pembangkit berbahan bakar batubara sebesar 6,3 GW.
"Batubara kita masih cukup banyak di Indonesia, dan memang dari sisi harga yang paling terjangkau. Tapi kuncinya tentunya lebih kepada bagaimana menyimbangkan semua. Itu pentingnya, makanya saya lihat di Bauran Energi bahwa komposisi batubara masih ada," ungkap Arthur dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia Selasa (27/5/2025).
Menurut dia, batu bara masih memiliki peran penting sebagai baseload. Pasalnya, belum semua energi baru terbarukan (EBT) memiliki karakteristik yang sama dengan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
"EBT yang bersifat baseload itu hanya ada geothermal ya dan juga air gitu, jadi tidak banyak dan itu semua bukan skala kecil, rata-rata membutuhkan investasi yang besar. Jadi selama itu belum ada alternatifnya yang juga harganya juga masuk ya, affordable dan terjangkau. Menurut saya batubara masih diperlukan di dalam energy mix kelistrikan nasional," katanya.
Berdasarkan bahan paparan Kementerian ESDM, dari total rencana penambahan sebesar 69,5 gigawatt (GW), sekitar 42,6 GW akan berasal dari pembangkit EBT, 10,3 GW dari sistem penyimpanan energi (storage), sedangkan 16,6 GW dari pembangkit berbasis energi fosil.
Adapun rinciannya untuk kapasitas pembangkit EBT adalah sebagai berikut Surya: 17,1 GW, Air: 11,7 GW, Angin: 7,2 GW, Panas bumi: 5,2 GW, Bioenergi: 0,9 GW, Nuklir: 0,5 GW.
Sementara itu, untuk kapasitas sistem penyimpanan energi mencakup PLTA pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai 6,0 GW. Kemudian, untuk pembangkit fosil masih akan dibangun sebesar 16,6 GW, terdiri dari gas 10,3 GW dan batubara 6,3 GW.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini: