REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar mengalami tren pertumbuhan positif. Per Oktober 2025, uang primer tumbuh lebih dari 14 persen.
“Uang primer (M0) adjusted pada Oktober 2025 tumbuh 14,4 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp2.117,6 triliun. Angka pertumbuhan tersebut melanjutkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 18,6 persen (yoy),” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangannya, Jumat (7/11/2025).
Denny menjelaskan, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted sebesar 27,1 persen (yoy) dan uang kartal yang diedarkan sebesar 13,4 persen (yoy).
Sebagai informasi, uang primer (M0) adjusted menggambarkan perkembangan uang primer yang telah mengisolasi dampak penurunan giro bank di BI akibat pemberian insentif likuiditas. Mulai Januari 2025, BI melakukan penyesuaian perhitungan M0 adjusted untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai perkembangan uang primer dan pengaruh dari kebijakan likuiditas yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
“Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, pertumbuhan M0 adjusted telah mempertimbangkan dampak pemberian insentif likuiditas (pengendalian moneter adjusted),” terang Denny.
Menurut catatan BI, pertumbuhan uang primer terus mengalami peningkatan. Pada September 2025, uang primer tumbuh 18,6 persen (yoy) menjadi Rp2.152,4 triliun. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan giro bank umum di BI adjusted sebesar 37 persen (yoy) dan uang kartal yang diedarkan sebesar 13,5 persen (yoy).
Uang primer pada September 2025 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Agustus 2025, uang primer tercatat tumbuh 7,3 persen (yoy) di posisi Rp1.961,3 triliun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan uang primer pada Juli 2025 sebesar 7 persen (yoy). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan uang kartal yang diedarkan sebesar 12,1 persen (yoy) dan giro bank umum di BI adjusted sebesar 8,7 persen (yoy).
Diketahui, data uang primer dan uang beredar menjadi salah satu indikator yang disoroti oleh Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa. Hal itu seiring dengan kebijakan penempatan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun di Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), yang mulai digulirkan pada September 2025.
Purbaya sebelumnya menyebut kebijakan penempatan dana tersebut, yang bertujuan memperlancar likuiditas, berhasil mengerek pertumbuhan uang beredar hingga mencapai dua digit pada September. Angka itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Agustus 2025 sebesar 7,3 persen.

2 hours ago
1












































