BPS: Indonesia Surplus Neraca Perdagangan 65 Bulan Berturut-turut

6 hours ago 2

Pekerja mengolah forenikel di smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Harita Nickel, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Selasa (16/9/2025). Harita Nickel memiliki tiga smelter dengan 16 lini produksi yang menghasilkan feronikel untuk industri baja nirkarat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS)  mencatat neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus 33,48 miliar dolar AS sepanjang periode Januari hingga September 2025. Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan angka tersebut mengalami kenaikan 11,30 miliar dolar AS dibanding dengan periode yang sama tahun lalu.

"Dengan demikian, Indonesia telah mencatatkan surplus selama 65 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Pudji dalam Rilis Berita Resmi Statistik di kantor BPS, Jakarta, Senin (3/11/2025).

Pudji menyebut surplus sepanjang Januari–September 2025 ditopang surplus komoditas nonmigas sebesar 47,20 miliar dolar AS, sementara komoditas migas masih mengalami defisit 13,71 miliar dolar AS. 

Pudji menyampaikan nilai ekspor Januari-September 2025 naik 8,14 persen dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, yang mencatat nilai ekspor sebesar 167,85 miliar dolar AS atau naik 17,02 persen.

"Tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah Cina, Amerika Serikat (AS), dan India," sambung Pudji. 

Pudji menyampaikan kontribusi ketiga negara ini sekitar 41,81 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari-September 2025. Pudji mengatakan Cina tetap menjadi pasar ekspor utama komoditas nonmigas Indonesia dengan nilai mencapai 46,47 miliar dolar AS (23,26 persen), disusul AS sebesar 23,03 miliar dolar AS (11,53 persen) dan India sebesar 14,02 miliar dolar AS (7,02 persen).

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|