Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,52% ke 6,639,31 pada perdagangan sesi pertama, Senin (17/2/2025). Rebound IHSG melanjutkan penguatan yang terjadi akhir pekan lalu, setelah sebelumnya sempat tertekan dalam.
Hingga pukul 10.06 WIB total transaksi mencapai Rp 3,17 triliun yang melibatkan 4,51 miliar saham da dan ditransaksikan hingga 414 ribu kali.
Sebanyak 319 saham tercatat berada di zona hijau, 194 saham bergerak di zona merah dan 237 saham lainnya tercatat stagnan.
Secara sektoral, nyaris seluruh sektor perdagangan bursa bergerak di zona hijau kecuali sektor non-primer dan kesehatan. Adapun sektor dengan penguatan terbesar adalah sektor properti, energi dan barang baku.
Bangkitnya IHSG hari ini ditopang oleh menguatnya saham-saham blue chip, khususnya emiten perbankan.
Saham Bank Mandiri (BMRI) tercatat sebagai penopang utama kinerja IHSG hari ini, diikuti oleh saham Barito Renewables Energy (BREN), Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Telkom Indonesia (TLKM).
Pergerakan pasar keuangan Tanah Air pada sepanjang pekan ini akan lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen dari dalam negeri, mulai dari penantian data neraca dagang, suku bunga Bank Indonesia (BI), sampai pertumbuhan kredit perbankan.
Sementara dari eksternal, perhatian pasar akan tertuju pada risalah the Fed terbaru yang potensi bisa lebih hawkish.
Berikut rincian sentimen pasar pada pekan ini :
Neraca Dagang Hingga Ekspor Impor RI
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Indonesia periode Januari 2025 pada Senin (17/2/2025). Neraca perdagangan diproyeksi masih berada di zona surplus periode Januari 2025. Namun, surplus akan menyempit karena melemahnya harga komoditas.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2025 akan mencapai US$1,78 miliar.
Konsensus juga memperkirakan ekspor akan tumbuh 6,47% (year on year/yoy) dan impor melesat 9,17% (yoy).
Proyeksi surplus Januari 2025 lebih rendah dibandingkan Desember 2024 yang mencapai US$2,24miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 57 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Suku Bunga BI
Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan BI Rate pada Rabu (19/2/2025). Sebelumnya, BI Menetapkan suku bunga acuan atau BI rate pada level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung selama 14-15 Januari 2025. BI rate turun 25 bps dari periode sebelumnya.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 Januari 2025 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 5,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025).
Sementara itu, suku bunga Deposit Facility sebesar 5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,5%.
Neraca Pembayaran Indonesia
Berlanjut pada Kamis (20/2/2025), Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) serta Transaksi Berjalan kuartal IV-2024 sekaligus tahun penuh 2024.
Pada kuartal III-2024, NPI masih mencatat surplus US$ 5,9 miliar sedangkan neraca transaksi berjalan defisit sebesar US$ 2,2 miliar atau 0,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Data NPI ini sangat penting untuk menentukan ketahanan eksternal Indonesia dari sisi ekspor, impor, hingga aliran modal.
BI memperkirakan transaksi berjalan 2024 tetap sehat dan diprakirakan dalam kisaran defisit 0,1-0,9% dari PDB, angka ini lebih tinggi dibandingkan 2023 tang tercatat 0,1% dari PDB.
Risalah The Fed (FOMC Minutes)
Dari negeri Paman Sam, pada Kamis (20/2/2025) kita akan menanti hasil risalah atau FOMC minutes.
Dalam dot plot Desember, laju cut rate diperkirakan akan melambat menjadi sekitar dua kali pemangkasan saja.
Namun, ada potensi dot plot bisa berubah mengikuti perkembangan kondisi ekonomi terbaru, mengingat inflasi pada Januari ternyata lebih ketat dari yang diperkirakan.
Pada pekan lalu, Ketua The Fed, Jerome Powell juga mengatakan pidato minggu ini bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lagi.
Menurut CME FedWatch Tool per 16 Februari 2025 menunjukkan potensi pemangkasan suku bunga menyusut menjadi satu kali dengan probability 42,6% pada September mendatang.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Semringah Saat IHSG Terperosok ke Level 6.500-an
Next Article Menguat! Potret Bursa Saham di Hari Pertama Prabowo-Gibran