Jakarta, CNBC Indonesia - Menentukan uang jajan anak sering menjadi perdebatan klasik di banyak keluarga. Terlalu kecil, anak merasa dibatasi. Terlalu besar, orang tua khawatir anak jadi boros dan tidak menghargai uang. Di tengah kondisi biaya hidup yang terus berubah, pertanyaan tentang cara menentukan uang jajan anak SD, SMP, SMA yang ideal menjadi semakin relevan.
Uang jajan bukan semata urusan nominal. Ia adalah bagian dari proses pendidikan finansial di rumah-sering kali satu-satunya pendidikan keuangan praktis yang diterima anak sebelum dewasa.
Uang Jajan Bukan Sekadar Uang Jajan
Dalam praktiknya, uang jajan adalah alat belajar. Dari uang inilah anak pertama kali memahami bahwa:
-
uang jumlahnya terbatas,
-
pilihan selalu punya konsekuensi,
-
dan kebutuhan tidak selalu bisa dipenuhi sekaligus.
Tanpa pengalaman mengelola uang sendiri, anak hanya melihat uang sebagai sesuatu yang "selalu ada" selama orang tua menyediakan. Karena itu, banyak pakar pendidikan keuangan menilai uang jajan sebagai sarana penting untuk melatih tanggung jawab sejak dini-asal diberikan dengan sistem yang jelas.
Prinsip Dasar Menentukan Uang Jajan Anak yang Ideal
Sebelum bicara angka, orang tua perlu menyepakati beberapa prinsip dasar.
Pertama, uang jajan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak. Anak SD tentu tidak bisa disamakan dengan anak SMA yang sudah memiliki mobilitas dan kebutuhan sosial lebih besar.
Kedua, uang jajan berbasis kebutuhan, bukan perbandingan sosial. Besaran uang jajan seharusnya ditentukan oleh kebutuhan wajar anak, bukan karena "teman-temannya segitu".
Ketiga, kondisi keuangan keluarga tetap menjadi batas utama. Tidak ada angka ideal universal. Uang jajan yang mendidik adalah yang realistis dan berkelanjutan.
Cara Menentukan Uang Jajan Anak SD yang Ideal
Usia SD (± 6-12 tahun)
Pada usia ini, anak masih berpikir konkret dan impulsif. Karena itu, uang jajan anak SD sebaiknya tidak terlalu besar dan diberikan secara terstruktur.
Kisaran umum:
-
Per hari: Rp3.000 - Rp10.000
-
Per minggu: Rp15.000 - Rp75.000
Nominal ini cukup untuk kebutuhan jajan sederhana tanpa memberi ruang berlebihan untuk perilaku konsumtif.
Yang lebih penting dari jumlahnya adalah cara pemberiannya. Banyak orang tua memilih sistem mingguan agar anak mulai belajar mengatur uang dan menahan diri. Jika uang habis sebelum waktunya, sebaiknya tidak langsung ditambah. Di sinilah proses belajar terjadi.
Cara Menentukan Uang Jajan Anak SMP yang Ideal
Usia SMP (± 13-15 tahun)
Memasuki usia remaja awal, anak mulai memiliki kebutuhan sosial yang lebih kompleks. Di tahap ini, uang jajan bukan lagi sekadar jajan, tetapi juga alat untuk melatih pengambilan keputusan.
Kisaran umum:
-
Per hari: Rp10.000 - Rp30.000
-
Per minggu: Rp75.000 - Rp200.000
Anak SMP sudah mampu memahami konsep pilihan dan konsekuensi. Orang tua bisa mulai melibatkan anak dalam diskusi sederhana: uang ini untuk apa saja, mana yang wajib, mana yang bisa ditunda.
Memberi uang jajan tanpa diskusi di tahap ini justru berisiko membuat anak melihat uang sebagai hak, bukan amanah.
Cara Menentukan Uang Jajan Anak SMA yang Ideal
Usia SMA (± 16-18 tahun)
Di jenjang SMA, uang jajan seharusnya mulai mendekati pola orang dewasa: ada anggaran dan tanggung jawab.
Kisaran umum:
-
Per hari: Rp20.000 - Rp50.000
-
Per minggu: Rp150.000 ke atas
-
Alternatif: uang jajan bulanan, disesuaikan kebutuhan
Banyak keluarga mulai beralih ke sistem bulanan agar anak belajar mengelola uang dalam periode panjang. Ini penting sebagai persiapan kuliah atau dunia kerja, ketika tidak ada lagi "uang jajan harian".
Haruskah Uang Jajan Dikaitkan dengan Tugas Rumah?
Salah satu kesalahan umum adalah menjadikan semua tugas rumah sebagai transaksi. Pendekatan yang lebih sehat adalah membedakan antara:
-
kewajiban keluarga, dan
-
pekerjaan tambahan.
Kewajiban dasar tidak perlu dibayar. Namun, pekerjaan tambahan di luar tanggung jawab harian boleh diberi imbalan. Pola ini membantu anak memahami bahwa tidak semua hal dalam hidup bersifat transaksional.
Keith J. Peterson, penasihat keuangan senior di perusahaan investasi D.A. Davidson, menekankan pentingnya pengalaman nyata dalam belajar uang.
"Jika uang saku dikaitkan dengan pekerjaan di rumah, anak bisa belajar hubungan antara kerja dan uang. Anak juga mulai memahami bahwa uang itu terbatas. Hal ini sulit dipahami ketika mereka hanya melihat orang tua menggesek kartu dan langsung mendapatkan sesuatu," ujar Peterson, Dikutip dari Artikel Parents.
Kesalahan yang Sering Terjadi
Beberapa kesalahan yang kerap terjadi dalam menentukan uang jajan anak:
-
selalu menambah saat uang habis,
-
memberi uang tanpa aturan,
-
membandingkan nominal antar anak,
-
tidak pernah membicarakan tujuan uang jajan.
Kesalahan-kesalahan ini membuat uang jajan kehilangan fungsi pendidikannya. Cara menentukan uang jajan anak SD, SMP, SMA yang ideal bukan soal angka tertinggi atau terendah, melainkan kesesuaian antara usia, kebutuhan, dan nilai yang ingin ditanamkan orang tua.
(dag/dag)
[Gambas:Video CNBC]


















































