Foto ilustrasi menu Makan Bergizi Gratis berupa mi ayam lengkap dengan sayur dan kerupuk pangsit serta buah. - dok - Harian Jogja
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Gunungkidul berkomitmen untuk mematuhi aturan yang ditertibkan oleh Badan Gizi Nasional. Hal ini sebagai bentuk upaya memastikan pelaksanaan program makan bergizi gratis dapat berjalan dengan lancar dan aman.
Kepala SPPG Wonosari 1 Hyndun Astry mengaku sudah menerima aturan terbaru dari BGN berkaitan dengan proses penyajian makan bergizi gratis. Salah satunya berkaitan dengan proses memasak.
Di aturan tersebut, proses pengolahan tidak boleh dimasak sebelum jam 12 malam. Aturan ini sudah diberlakukan sejak SPPG yang berlokasi di Kodim 0730/GK dioperasikan awal Februari lalu sehingga tidak ada masalah berkaitan dengan ketentuan tersebut.
“Kami mulai memasak sekitar pukul 02.00 WIB. Jadi, tidak ada soal dengan ketentuan baru dari BGN,” kata Hyndun saat dihubungi Kamis (6/11/2025).
Adapun peraturan maksimal 2.500 porsi menu makanan yang disajikan untuk SPPG yang belum memiliki koki bersertifikat, pihaknya baru akan mengkomunikasikan dengan SPPG lain di Kapanewon Wonosari. Koordinasi sangat dibutuhkan karena menyangkut dengan area pelayanan yang diberikan untuk dilakukan penyesuaian.
“Di kami belum ada koki bersertifikat. Jadi, kalau ketentuan dari BGN maka maksimal 2.500 porsi. Sedangkan untuk yang punya koki bersertifikat bisa 3.000 porsi,” katanya.
SPPG yang dikelola merupakan satu-satunya dapur sehat melayani makan bergizi gratis yang sudah memiliki SLHS. Selama beroperasi dapat melayani dengan lancar, kelancaran ini juga tidak lepas dari pemilihan bahan baku yang berkualitas dan segar.
Ia mencontohkan, untuk menu ayam dikirim saat akan dimasak sehingga tidak ada penyimpanan sehingga bahan tetap segar. “Hal yang sama untuk sayuran dan buah-buahan. Ada proses sortir untuk memastikan kualitasnya,” katanya.
Untuk keamanan, memasak menjadi kunci. Pihaknya tidak mau berisiko karena prosesnya tidak terlalu lama dengan waktu pengiriman.
Bahkan, dalam proses memasak menggunakan air galon sehingga dalam sehari bisa menghabiskan 30 galon. Sedangkan, air dari sumur hanya digunakan untuk mencuci.
“Semua, kami jaga. Menu yang dikirim juga belum lama memasaknya,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News















































