Ciri-Ciri Gempa Megathrust Picu Tsunami, BMKG Buka-bukaan Bilang Ini

6 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman gempa megathrust merupakan bencana yang perlu diwaspadai sebab posisi Indonesia berada di pertemuan 3 lempeng utama dunia, yaitu Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia. Sering juga disebut letak geografis Indonesia ada di Ring of Fire alias Cincin Api Pasifik.

Mengutip bahan paparan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, terdapat 14 segmen sumber gempa subduksi atau megathrust, serta 402 segmen sumber gempa sesar aktif yang sudah teridentifikasi. Juga, masih banyak lagi yang belum teridentifikasi.

Dalam webinar "Resolusi 2025: Mitigasi Bencana Geologi", yang ditayangkan kanal Youtube Teknik Geofisika ITS, Dwikorita mengungkapkan, kejadian gempa bumi di Indonesia menunjukkan tren peningkatan.

BMKG juga pernah mengingatkan, akibat letaknya yang berada di pertemuan 3 lempeng utama dunia itu, Indonesia memiliki 13 segmen megathrust, yaitu sumber gempa yang mampu memicu gempa besar. Bahkan, gempa besar ini juga diprediksi bisa menimbulkan tsunami raksasa, dengan gelombang diperkirakan bisa mencapai 20 meter.

Dia menjelaskan, dari hasil pemodelan itu dapat diprediksi, wilayah yang akan terkena dampak guncangan gempa itu adalah Banten, Jakarta, Jawa Barat, Lampung, dan Sumatra Selatan dengan intensitas V-VII MMI dengan deskripsi terjadi kerusakan sedang-berat.

Ini kami sampaikan kepada Pemerintah Daerah dan pihak terkait agar melakukan antisipasi dan kesiapan. Kita nggak tahu apakah terjadi 2025, atau 2000 sekian, Wallahu A'lam ya, tapi kita harus siap," katanya, dikutip Sabtu (1/3/2025).

Skenario model gempa megathrust Selat Sunda itu, ujarnya, dilengkapi dengan skenario model tsunami, tingginya bisa di atas 3 meter.

"Bisa 10 meter lebih, belasan meter, bahkan mungkin 20 meter. Yaitu di Pantai Selat Sunda, Banten, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bengkulu. Teluk Jakarta juga kena, tapi hanya sekitar 50 cm, sekitar itu" papar Dwikorita.

"Nah ini kami juga buat model yang sama dengan asumsi gempa megathrust di berbagai wilayah. Misalnya di Kota Cilegon, itu kan kota industri ya. Dampaknya bisa ada bencana ikutan. Peta-petanya sudah kami sampaikan ke pihak berwenang, pemerintah daerah terkait," tambahnya.

Demi mengantisipasi megathrust, kata Dwikorita, BMKG juga melipatgandakan peralatan yang dibutuhkan untuk sistem peringatan dini, terutama tsunami, jika gempa megathrust terjadi.

"Megathrust benar-benar kami jaga, kita lipatkan jumlah sensornya. Dan kita juga sedang siapkan sistem peringatan dini gempa bumi, sedang dalam proses penyiapan, dan bekerja sama dengan Taiwan,' sebutnya.

"Kami juga pasang sensor-sensor muka laut, sensor-sensor cuaca, sirene Tsunami. Khusus megathrust Selat Sunda, kami kontribusi 15 sirene dan juga edukasi masyarakat. Karena menurut Undang-Undang tidak mengamanatkan BMKG menyiapkan sirene tsunami, jadi sebenarnya bukan wewenang BMKG. Karena di situ potensi terjadi multibencana," kata Dwikorita.

Selain di megathrust Selat Sunda, BMKG juga melakukan pemodelan gempa dahsyat di megathrust Mentawai-Siberut dengan skenario guncangan mencapai M8,9.

"Jika terjadi, guncangan itu diprediksi akan berdampak ke Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, sebagian Riau, Bengkulu, dan Sumatra Utara, mencapai skala intensitas VII-VIII dengan deskripsi terjadi kerusakan berat," ungkap Dwikorita.

"Dan ini sudah disampaikan kepada Pemerintah Daerah dan pihak terkait. Skenario model tsunaminya juga sudah disampaikan. Ketinggiannya bisa lebih dari 3 meter di Pantai Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, dan sebagian Bengkulu dan Sumatra Utara," jelasnya.

Untuk itu, perlu mengetahui tanda-tanda dan berapa waktu yang dibutuhkan agar bisa menghindar dan selamat dari efek gempa di zona megathrust. Yang diprediksi bisa memicu tsunami raksasa.

Saat ini, ada 2 segmen megathrust yang sedang menjadi sorotan BMKG. Yaitu Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. Sebab, di kedua segmen itu sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.

Artinya, ada seismic gap yang sudah beratus-ratus tahun, tepatnya lebih dari 227 tahun. Sehingga, meski tidak dapat diprediksi kapan, bisa jadi kedua segmen itu sedang menunggu waktu melepaskan energinya.

"Zona megathrust dapat memicu gempa-gempa besar sampai dengan magnitudo 9 yang dapat menimbulkan tsunami," kata Ketua Tim Kerja Informasi Gempabumi dan Tsunami Kedeputian Geofisika BMKG Wijayanto kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.

Lalu apa yang harus dilakukan agar selamat jika terjadi gempa megathrust?

Menurut Wijayanto, jika gempa di zona megathrust terjadi dengan kekuatan lebih dari M7, akan berpotensi memicu tsunami.

"Jika gempa berkekuatan di atas magnitude 8,7 terjadi di zona megathrust di busur Sunda, mulai dari barat Aceh sampai Selat Sunda dan di daerah selatan Jawa sampai Nusa Tenggara, dapat menyebabkan tsunami dengan tinggi lebih dari 20 meter di pantai," ungkap Wijayanto.

"Peringatan dini diberikan dalam waktu 3 menit. Jika rata-rata gelombang tsunami akan tiba di pantai dalam waktu 20 menit-30 menit, maka masyarakat atau pemerintah daerah memiliki golden time sekitar 15-25 menit untuk evakuasi penyelamatan diri," terang Wijayanto.

Karena itu, tegasnya, untuk menekan jumlah korban seminim mungkin bahkan agar bisa zero victim alias tidak ada korban jiwa akibat gempa dan tsunami megathrust, semua pihak harus siap siaga.

"Kesiapsiagaan masyarakat dan semua pihak baik pemerintah pusat daerah atau swasta, membangun kapasitas untuk penyelamatan diri, dan pemahaman masyarakat yang palingpenting," kata Wijayanto.

Rumus Gempa 20 Detik

Terpisah, Dosen Geodinamik, Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta C Prasetyadi mengatakan, ada rumus khusus yang harus dijalankan ketika terjadi gempa besar, terutama yang bersumber dari megathrust.

"Kalau terjadi gempa di daerah subduksi, kecepatan gempa itu adalah kurang lebih 620 km per jam. Kemudian jarak ke darat adalah 230 km. Maka untuk menempuh jarak 230 km dengan kecepatan 620 km per jam, akan keluar sekitar 0,3 jam atau sekitar 20 menit," katanya.

"Jadi golden periode sejak terjadinya gempa di Palung Jawa, untuk sebuah megathrust adalah 20 menit," tambahnya.

Prasetyadi pun memaparkan langkah yang harus dilakukan masyarakat di lokasi megathrust jika terjadi gempa. Sebab, warga di lokasi ini berpacu dengan waktu, dengan potensi adanya ancaman tsunami.

"Jadi kita kemudian punya sebuah prinsip, kalau ada gempa waktunya lebih dari 20 detik, maka punya waktu 20 menit untuk melakukan evakuasi," kata Prasetyadi mengingatkan.

"Karena hitungan tadi. Ke mana? Lari ke lokasi dengan ketinggian harus di atas 20 meter. Jadi kita punya prinsip Triple 20," jelas Prasetyadi.

Prinsip itu, ujarnya, akan menjembatani upaya mitigasi penanganan bencana gempa besar megathrust, yang diprediksi bisa memicu tsunami raksasa, bahkan sampai 20 meter.

"Ini akan menjadi semacam jembatan dari pengetahuan para ahli kebumian yang kompeten secara ilmiah, kemudian masyarakat yang mempunyai pemahaman yang kurang. Akan ada semacam gap di sini. Maka gap ini kita isi dengan prinsip tang dihasilkan, prinsip Triple 20," tegas Prasetyadi.

Mengacu pada Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, berikut daftar 13 segmen megathrust yang mengancam Indonesia:

1. Megathrust Mentawai-Pagai dengan potensi gempa M8,9

2. Megathrust Enggano dengan potensi gempa M8,4

3. Megathrust Selat Sunda dengan potensi gempa M8,7

4. Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah dengan potensi gempa M8,7

5. Megathrust Jawa Timur dengan potensi gempa M8,7

6. Megathrust Sumba dengan potensi gempa M8,5

7. Megathrust Aceh-Andaman dengan potensi gempa M9,2

8. Megathrust Nias-Simeulue dengan potensi gempa M8,7

9. Megathrust Batu dengan potensi gempa M7,8

10. Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi gempa M8,9

11. Megathrust Sulawesi Utara dengan potensi gempa M8,5

12. Megathrust Filipina dengan potensi gempa M8,2

13. Megathrust Papua dengan potensi gempa M8,7.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Jakarta Terancam Tsunami 1,8 Meter Jika Dihantam Megathrust

Next Article Gempa Megathrust RI Tinggal Tunggu Waktu, BMKG Ungkap Zona Merahnya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|