Damai Perang Dagang AS-China "Makan Korban", Ada Tetangga RI

6 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia -Perjanjian baru Amerika Serikat (AS)-China untuk menghentikan sementara perang dagang satu sama lain memakan korban. "Perdamaian" keduanya menekan pusat-pusat manufaktur seperti di Asia Tenggara dan Meksiko.

Sebelumnya Washington dan Beijing menunda penggenaan tarif bagi masing-masing negara selama 90 hari mulai Rabu (14/5/2025) ini, setelah pertemuan di Jenewa, Swiss, akhir pekan. AS setuju untuk menurunkan tarifnya atas barang-barang China hingga 30% sementara China akan menurunkan tarifnya sendiri hingga 10%, turun lebih dari 100 poin persentase.

Hal ini membuat Vietnam dan Thailand misalnya, serta Meksiko harus melakukan kesepakatan yang lebih baik dengan AS untuk terus mendapatkan keuntungan dari strategi "China Plus One" produsen global. China Plus One adalah strategi yang digunakan perusahaan China untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar domestik dan memperluas operasi mereka ke negara-negara lain sebagai alternatif atau tambahan produktivitas dalam berbagai kegiatan ekonomi.

Pasalnya kini tarif impor barang China ke AS lebih rendah dari tarif resiprokal (timbal balik) yang diumumkan Trump April lalu ke Vietnam (46%) dan Thailand (36%).

Beberapa ahli mengatakan kesepakatan itu dapat menghentikan sebagian momentum mendorong perusahaan-perusahaan multinasional untuk lebih jauh mengalihkan rantai pasokan ke luar China.

"Aturan mainnya masih belum pasti," kata seorang ahli perdagangan Amerika Utara yang juga bekerja sebagai konsultan, Diego Marroquin Bitar dikutip dari Reuters.

"Saya pikir perusahaan-perusahaan hanya akan menunda investasi mereka selama yang mereka bisa."

Sebenarnya pada jabatan pertamanya, Trump tahun 2017 hingga 2021, Trump berupaya memanfaatkan tarif terhadap China untuk memaksa perusahaan merelokasi manufaktur ke AS. Namun "reshoring" ke AS sebagian besar tidak terwujud.

Akibat kebijakan Trump, perusahaan seperti Apple malah mulai mencari alternatif, dengan fokus pada negara-negara yang menawarkan biaya tenaga kerja yang relatif rendah dan tarif yang lebih rendah. Negara-negara Asia Tenggara termasuk di antara penerima manfaat terbesar dengan Meksiko pemenang di Amerika.

Tetapi jika perdamaian benar-benar tercipta dalam perang dagang AS-China, negara-negara tersebut dapat melihat keunggulan komparatif mereka menghilang. Vietnam dan Thailand, saat ini sedang merundingkan kesepakatan tarif mereka sendiri dengan AS sementara Meksiko, yang menghindari tarif timbal balik, juga berupaya mengurangi bea masuk terpisah pada produk-produk tertentu seperti mobil.

"Mencairnya perdagangan AS-China berarti perusahaan-perusahaan yang telah mempertimbangkan untuk mempercepat upaya untuk melepaskan produksi dari China kini dapat mengerem," kata Direktur Pusat Studi Amerika Universitas Fudan Shanghai, Wu Xinbo.

"Mereka akan mempertahankan situasi mereka saat ini, menjadikan China sebagai pusat operasi utama mereka, dan membuat pengaturan parsial yang sesuai di negara-negara tetangga, tetapi sebagian besar bisnis mereka akan tetap berada di China," katanya.

Sun Chenghao, seorang peneliti di Pusat Keamanan dan Strategi Internasional Universitas Tsinghua, mengatakan ketidakpastian pembuatan kebijakan Trump sangat menyakitkan bagi perusahaan yang mencoba memutuskan apakah atau seberapa jauh akan melepaskan diri dari China. Menurunnya ketegangan saat ini, ujarnya, tidak berarti bahwa perusahaan-perusahaan AS berani terlibat dalam kegiatan bisnis di China.

"Semua orang masih menunggu kemungkinan tarif akan diberlakukan lagi," ujarnya lagi.

Khusus Vietnam misalnya, investasi baru asing turun menjadi US$2,84 miliar di April, sekitar 30% dari Maret. Belum ada data Thailand dan Meksiko.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pengusaha Ungkap Syarat Manufaktur RI Tumbuh Lebih Tinggi

Next Article Jika Perang Dagang AS-China Memanas, RI Harus Siap Hadapi Efek Ini!

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|