Data Terbaru BPBD Jabar Soal Banjir Cisarua Puncak Bogor

7 hours ago 2

CNN Indonesia

Senin, 03 Mar 2025 15:39 WIB

BPBD Jabar mencatat 423 jiwa di Kampung Pensiunan, Cisarua terdampak bencana banjir akibat luapan Sungai Ciliwung, saat banjir bandang melanda kawasan Puncak. BPBD Jabar mencatat 423 jiwa di Kampung Pensiunan, Cisarua terdampak bencana banjir akibat luapan Sungai Ciliwung, saat banjir bandang melanda kawasan Puncak. ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA

Bandung, CNN Indonesia --

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat mencatat ada 423 jiwa di Kampung Pensiunan, Desa Tugu Selatan, Cisarua, terdampak bencana banjir akibat luapan Sungai Ciliwung, di Kabupaten Bogor, saat banjir bandang melanda kawasan Puncak, Minggu (2/3).

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor Adam Hamdani mengatakan, penyebab meluapnya sungai Ciliwung, dikarenakan hujan deras dengan intensitas yang tinggi.

Secara keseluruhan, BPBD mencatat banjir di Kabupaten Bogor melanda 10 desa dan 8 kecamatan, di antaranya merendam 257 rumah. Sebanyak 260 Kepala Keluarga dan 988 jiwa terdampak. Terdapat dua kepala keluarga dan 8 jiwa mengungsi dan dilaporkan satu korban hilang

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Kota Bogor, banjir melanda delapan desa dan tiga kecamatan, delapan rumah terendam," katanya.

Hingga Senin (3/3) siang, banjir tersebut sudah surut dan tim BPBD masih terus melakukan pencarian korban yang hilang.

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi sudah angkat bicara soal meluapnya Sungai Jayanti di Kabupaten Bogor yang mengakibatkan banjir dan merendam pemukiman warga.

"Saya belum mengetahui secara pasti penyebab utama meluapnya Sungai Jayanti, namun hal ini perlu segera dikaji agar solusi yang tepat dapat diambil," ujar Dedi Mulyadi, yang dilansir dari laman media sosial Instagramnya.

Meski belum diketahui penyebab banjir tersebut, Dedi menuturkan alih fungsi lahan di kawasan Puncak Bogor harus segera dihentikan demi menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah bencana lebih lanjut.

"Berdasarkan data yang kami miliki, lebih dari seribu hektare lahan perkebunan teh di Puncak telah beralih fungsi. Ini menjadi perhatian serius karena berpotensi memperburuk kondisi lingkungan," tegasnya.

Ia pun bakalan berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti PTPN dan Perhutani Jabar, untuk mengembalikan fungsi konservasi lahan yang telah berubah.

"Kita tidak boleh hanya memikirkan keuntungan ekonomi jangka pendek. Sejak zaman kolonial, Belanda menanam teh di kawasan ini bukan hanya untuk produksi, tetapi juga sebagai bagian dari upaya konservasi lingkungan dan perlindungan lahan," katanya.

(gil/csr)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|