Dehidrasi Akibat Keracunan Bisa Fatal pada Anak

1 hour ago 4

Siswa korban keracunan usai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG) menjalani perawatan medis di Posko Penanganan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (24/9/2025). Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jawa Barat Herman Suryatman mengatakan sebanyak 500 pelajar di Kecamatan Cipongkor mengalami keracunan yang diduga akibat menyantap hidangan makan bergizi gratis pada (24/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu risiko terbesar yang mengancam ketika seorang anak mengalami keracunan, adalah dehidrasi. Menurut  dokter spesialis anak subspesialis Emergensi dan Terapi Intensif Anak dari Universitas Indonesia, dr Yogi Prawira, Sp.A, pasien anak memiliki risiko komplikasi dehidrasi yang jauh lebih besar dibandingkan orang dewasa.

Hal ini dikarenakan proporsi cairan tubuh anak lebih tinggi dan mereka memiliki cadangan cairan yang lebih sedikit. “Bisa mengalami gangguan sirkulasi atau shock, bisa mengalami gangguan elektrolit, bisa mengalami komplikasi-komplikasi lainnya,” kata Yogi dalam diskusi yang diikuti secara daring, Kamis (25/9/2025).

Ketua UKK Emergensi dan Terapi Intensif Anak (ETIA) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengatakan gejala secara umum dialami semua usia yang mengalami kontaminasi racun dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi seperti rasa mual, muntah, dehidrasi, hingga diare. Dia mengatakan sebagian besar kasus keracunan makanan tidak mematikan namun beberapa kasus diperlukan rawat inap.

Biasanya gejala keracunan akan muncul dalam beberapa jam hingga sehari sampai dua hari setelah konsumsi makanan yang tercemar. Namun pada anak-anak, gejala keracunan terutama dehidrasi bisa berakibat fatal karena lebih berisiko menimbulkan komplikasi lanjutan di antaranya gangguan ginjal, peradangan sendi, gangguan pada otak dan saraf.

Sehingga semakin kecil usia anak maka harus lebih berhati-hati dalam menangani penyakit dan memantau asupan yang dikonsumsi anak. “Kita juga penting untuk mengedukasi orang tua, guru, bahkan anak-anak kita kalau sampai sesudah mengonsumsi makanan-minuman kemudian mengalami gejala-gejala keracunannya itu cukup parah maka harus segera ke dokter,” kata dia.

Yogi mengingatkan untuk memperhatikan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi dengan melihat kondisi kemasan tidak normal, warna makanan yang sudah berubah tidak biasa, ada bau busuk atau asam, tekstur melunak atau berlendir, dan juga rasa yang menandakan sudah tidak layak konsumsi. Tidak lupa juga untuk selalu mencuci tangan setelah beraktivitas, menjaga kebersihan alat masak untuk mencegah kontaminasi silang, dan memperhatikan penyimpanan makanan di suhu yang tepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|