Densus 88 Pelajari Pola Radikalisasi Pelaku Ledakan SMAN 72

2 hours ago 1

Harianjogja.com, JAKARTA–Detasemen Khusus (Densus) 88 tengah memetakan potensi pola radikalisasi yang memengaruhi terduga pelaku ledakan di SMAN 72. Penelusuran difokuskan pada jejak digital, interaksi daring, hingga kemungkinan paparan konten ekstrem.

"Pihak Densus 88 menganalisa apakah ini ada kaitan dengan pelaku-pelaku aksi teror lainnya, termasuk bagaimana motif. Itu adalah kewenangan dari Densus 88," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Budi Hermanto di Polda Metro Jaya, Sabtu (8/11/2025).

Budi menyebut, kepolisian terus mendalami kasus ledakan yang terjadi di SMAN 72, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Saat ini, tim dari Densus 88 tengah menganalisa sejumlah aspek, termasuk motif serta aktivitas media sosial dari terduga pelaku.

"Penyelidikan atas aktivitas media sosial terduga pelaku juga tengah dilakukan. Hal itu untuk menelusuri kemungkinan pelaku pernah bergabung dalam grup atau komunitas daring yang memiliki afiliasi dengan kelompok teror tertentu," jelas Budi.

Sebelumnya, sempat muncul pertanyaan publik terkait kemungkinan adanya keterkaitan antara kasus ledakan di SMAN 72 dengan ancaman bom di beberapa sekolah yang terjadi pada awal Oktober lalu.

Termasuk di North Jakarta Intercultural School. Namun, menurut Budi, sejauh ini belum ada indikasi yang mengarah ke hubungan antara kedua peristiwa tersebut.

"Sejauh ini belum ditemukan ada keterkaitan. Tapi itu pasti akan didalami pihak Densus dan satuan kerja yang berkompeten terkait tugas pokoknya masing-masing," ucap Budi.

Selain Densus 88, sejumlah satuan kerja lainnya juga dilibatkan dalam penanganan kasus ini. Tim Gegana Brimob lebih dulu melakukan sterilisasi di lokasi kejadian mengingat adanya temuan bahan peledak, sebelum dilanjutkan oleh Tim Puslabfor Mabes Polri yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

"Langkah-langkah kepolisian yang sudah dilakukan melibatkan beberapa satuan kerja, bukan hanya Polda Metro Jaya, tapi juga Densus 88, Puslabfor Mabes Polri, serta Polres Jakarta Utara," ujar Budi.

Dalam penanganan kasus ini, kata dia, kepolisian juga memperhatikan aspek perlindungan anak. Hal ini karena baik korban maupun terduga pelaku sama-sama masih berstatus anak.

Untuk itu, Polri menggandeng Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) serta tim trauma healing untuk memberikan pendampingan bagi para siswa yang terdampak peristiwa tersebut.

Trauma healing adalah proses pemulihan luka emosional akibat peristiwa traumatis seperti bencana, kekerasan, atau kehilangan

“Perlu kami sampaikan bahwa ini adalah peristiwa yang melibatkan anak yang berhadapan dengan hukum (ABH). Jadi ada hak-hak khusus yang harus dipenuhi, termasuk perlindungan identitas dan perlakuan khusus terhadap anak," kata Budi.

Lebih lanjut, ia menyampaikan harapan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo dan Kapolda Metro Jaya agar aktivitas belajar di SMAN 72 dapat segera kembali berjalan normal.

"Bapak Kapolri dan Kapolda Metro Jaya berharap sekolah segera kembali normal dan aktivitas belajar bisa kembali pulih," ujarnya.

Dia pun mengimbau masyarakat untuk bijak dalam menyikapi peristiwa ini dan tidak mudah menyebarkan informasi yang belum terverifikasi.

Menurutnya, empati dan kehati-hatian publik sangat penting agar proses penyelidikan dapat berjalan dengan baik tanpa menimbulkan keresahan.

"Kami mengimbau bersama-sama kepada seluruh masyarakat untuk kita bisa berempati, kita lebih bijak untuk menanggulangi, menangani peristiwa ini," ucap Budi.

Pada Jumat (7/11) sekira pukul 12.15 WIB, terjadi ledakan di lingkungan SMA Negeri 72 Jakarta di Kelapa Gading, Jakarta Utara, tepatnya dalam kompleks Kodamar TNI Angkatan Laut (AL).

Menurut keterangan saksi, ledakan terjadi saat siswa dan guru sedang Shalat Jumat di masjid di sekolah tersebut. Letusan pertama pertama terdengar ketika khotbah sedang berlangsung, disusul ledakan kedua yang diduga berasal dari arah berbeda.

Ledakan itu menyebabkan para korban mengalami beragam cedera, termasuk luka bakar dan luka akibat serpihan, sekaligus menyulut kepanikan dari warga sekolah dan masyarakat sekitar.

Berdasarkan investigasi awal, pelaku diduga merupakan salah satu siswa dari sekolah tersebut.

Siswa itu dikabarkan mengalami perundungan (bullying) yang diduga menjadi motif untuk melakukan aksi tersebut.

Di lokasi juga ditemukan benda yang mirip senjata airsoft gun dan revolver yang setelah pemeriksaan dipastikan bahwa senjata itu adalah mainan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|