Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Raja Yordania Abdullah menolak usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait pemindahan paksa warga Palestina dari Jalur Gaza ke negara-negara Arab sekitarnya.
"Terkait apa yang dikatakan tentang pemindahan warga Palestina, hal itu tidak akan pernah bisa ditoleransi atau diizinkan karena dampaknya terhadap keamanan nasional Mesir," kata el-Sisi dalam konferensi pers pada Rabu (29/1/2025), seperti dikutip Al Jazeera.
"Deportasi atau pemindahan warga Palestina adalah ketidakadilan yang tidak dapat kami lakukan," katanya.
Lebih lanjut, el-Sisi mengatakan pemerintahnya akan bekerja sama dengan pemerintahan Trump untuk mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina "yang didasarkan pada solusi dua negara."
"Solusinya... adalah pembentukan negara Palestina," kata el-Sisi. "Solusinya bukan dengan mengusir orang-orang Palestina dari tempat mereka."
Pada hari yang sama, Raja Yordania Abdullah II mengatakan bahwa warga Palestina harus tetap tinggal di tanah mereka. Hal ini ia tekankan selama pertemuan di Brussels.
"Posisi tegas Yordania tentang perlunya mempertahankan warga Palestina di tanah mereka dan menjamin hak-hak mereka yang sah, sesuai dengan solusi dua negara Israel dan Palestina," kata istana kerajaan Yordania dalam sebuah pernyataan.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi juga menolak usulan Trump. "Yordania untuk Yordania dan Palestina untuk Palestina," katanya.
Setelah gencatan senjata Israel-Hamas berlaku awal bulan ini, Trump menggembar-gemborkan rencana untuk "membersihkan" Jalur Gaza dan merelokasi penduduknya ke Yordania dan Mesir. Ia menyerukan agar warga Palestina pindah ke lokasi yang "lebih aman" seperti Mesir atau Yordania.
Pemindahan penduduk Gaza dapat dilakukan "sementara, atau bisa juga jangka panjang", katanya.
Namun gagasan untuk merelokasi warga Palestina telah lama ditolak oleh warga Palestina dan negara-negara regional. Mereka mengatakan hal itu akan merusak gagasan kenegaraan Palestina dan memicu ketidakstabilan di Timur Tengah.
Mesir dan Yordania memiliki perjanjian damai dengan Israel dan juga mendukung pembentukan negara Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur. Mereka khawatir pemindahan penduduk Gaza secara permanen dapat mempersulit terwujudnya negara masa depan.
Mesir dan Yordania juga merupakan sekutu utama AS di Timur Tengah dan penerima bantuan AS. Bantuan militer tahunan AS sebesar US$1,3 miliar untuk Mesir dibebaskan dari pembekuan pendanaan AS untuk program bantuan global minggu ini.
Hampir semua dari 2,2 juta penduduk Gaza telah mengungsi dari rumah mereka setidaknya sekali sejak Israel melancarkan perang di wilayah tersebut pada Oktober 2023 sebagai tanggapan atas serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan.
Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 47.400 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina, dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur sipil Gaza.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Wacana Trump Pindahkan Warga Gaza ke Mesir-Yordania
Next Article Trump Mendadak Warning Keras Hamas, Perang Gaza Bakal Makin Parah?