Fenomena Baru di Jerman, Ramai-Ramai Pekerja Izin Cuti Sakit

3 months ago 36

Jakarta, CNBC Indonesia - Jerman kembali mengalami persoalan dalam bidang usaha dan ekonomi. Hal ini disebabkan meningkatnya angka cuti sakit karyawan di perusahaan-perusahaan negara ekonomi terbesar Eropa itu.

Badan Statistik Federal Jerman, Destatis, mengatakan pekerja di Jerman rata-rata mengambil cuti sakit selama 15,1 hari tahun lalu, naik dari 11,1 hari pada tahun 2021. Menurut data OECD, warga Jerman kehilangan rata-rata 6,8% jam kerja mereka pada tahun 2023 karena sakit, lebih buruk daripada negara-negara Uni Eropa lainnya seperti Prancis, Italia, dan Spanyol.

Data serupa disampaikan TK, salah satu perusahaan asuransi kesehatan resmi utama di Jerman. Perusahaan itu menyebut jumlah rata-rata hari sakit di antara pekerja yang ditanggungnya adalah 14,13 dalam sembilan bulan pertama tahun ini, yang merupakan rekor tertinggi.

Dari raksasa otomotif hingga produsen pupuk, perusahaan-perusahaan membunyikan alarm tentang dampak tingginya angka cuti sakit pada ekonomi terbesar di Eropa. Sejumlah pihak menyebut penyakit yang dialami para karyawan semakin kompleks, mulai dari penyakit mental hingga tekanan pekerjaan yang lebih besar.

"Dampaknya signifikan dan tentu saja memengaruhi aktivitas ekonomi," kata Claus Michelsen, kepala ekonom di asosiasi perusahaan farmasi berbasis riset Jerman, kepada AFP, Rabu (31/12/2024)

Asosiasi yang dinaungi Michelsen menghitung bahwa tingkat ketidakhadiran kerja yang lebih tinggi karena sakit memangkas 0,8% dari output Jerman pada tahun 2023.

Beberapa pemimpin perusahaan telah berterus terang tentang masalah ini. Kepala Eksekutif Mercedes-Benz, Ola Kallenius, mengeluh bahwa "absensi di Jerman terkadang dua kali lebih tinggi daripada di negara-negara Eropa lainnya".

Raksasa mobil listrik milik Elon Musk, Tesla, bertindak lebih jauh, dilaporkan mengirim manajer yang khawatir tentang tingginya ketidakhadiran terkait penyakit di pabriknya di Jerman untuk secara pribadi memeriksa karyawan yang sedang cuti sakit di rumah mereka.

Pura-Pura Sakit

Para kritikus mengatakan sistem yang memungkinkan pasien dengan gejala ringan untuk mendapatkan surat keterangan sakit dari dokter mereka melalui telepon. Ini membuka pintu baru untuk karyawan yang berpura-pura sakit untuk mengambil cuti.

Detektif swasta, Markus Lentz, mengatakan dalam banyak kasus ketika orang berpura-pura sakit dalam waktu lama, mereka sebenarnya bekerja sambilan. Ia memberi contoh seseorang yang membantu bisnis istrinya saat sedang cuti sakit. Yang lain, katanya, telah mengambil cuti sakit jangka panjang untuk merenovasi properti mereka.

Ia pun melihat rekor jumlah permintaan dari firma-firma agar agensinya memeriksa karyawan yang dicurigai menelepon untuk cuti sakit padahal mereka sebenarnya sehat untuk bekerja.

"Semakin banyak perusahaan yang tidak mau menerima hal itu lagi," katanya kepada AFP, seraya menambahkan bahwa Lentz Group miliknya menerima hingga 1.200 permintaan seperti itu setiap tahunnya, sekitar dua kali lipat dari angka beberapa tahun sebelumnya.

"Jika seseorang memiliki 30, 40 atau terkadang hingga 100 hari cuti sakit dalam setahun, maka pada titik tertentu mereka menjadi tidak menarik secara ekonomi bagi pemberi kerja," jelasnya lagi.

Meskipun menyewa detektif bisa mahal, Lentz mengatakan perusahaan akan berusaha menyingkirkan pekerja yang sangat tidak produktif di saat kesulitan ekonomi meningkat.

"Mereka mengatakan, siapa pun yang sering cuti sakit tidak menghasilkan uang bagi kami, mereka akan keluar," tuturnya


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: 200 Orang Terluka Usai Dokter Saudi Tabrak Kerumunan di Jerman

Next Article Kronologi Raksasa Otomotif di Ujung Tanduk, Pemerintah Turun Tangan

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|