Gerbang PD 3 Melebar, Muncul Tanda Baru Perang AS-Rusia Bisa Pecah

3 months ago 37

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekhawatiran akan pecahnya perang dunia ketiga (PD 3) kembali terjadi. Kali ini provokasi datang dari sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, Vladimir Solovyov.

Mengutip laman Amerika Serikat (AS), Newsweek, ia mendesak wilayah Alaska yang kini milik Paman Sam, dikembalikan ke Rusia. Tak hanya Alaska, ia juga meminta wilayah lain seperti Finlandia, Warsawa, Baltik dan Moldova kembali ke "kekaisaran Rusia".

"Apakah Anda pikir saya bercanda ketika saya menyebutkan Finlandia, Warsawa, Baltik, Moldova?," katanya dalam sebuah video yang diterjemahkan dikutip Selasa (31/12/2024).

"Semuanya dikembalikan ke Kekaisaran Rusia. Dan Alaska juga, saat Anda membicarakannya," tambah Solovyov.

Perlu diketahui Alaska sendiri memang pernah menjadi milik Rusia. Namun pada tahun 1867, Alaska dijual ke AS setelah Presiden Andrew Johnson menandatangani Perjanjian Alaska.

Negara ini memperoleh status negara pada 3 Januari 1959. Alaska dan Rusia berada pada jarak sekitar 53 mil di titik terdekatnya.

Sebenarnya ketegangan soal Alaska oleh Rusia, sudah terjadi sejak Januari 2024. Kala itu muncul laporan bahwa Putin sedang mempertimbangkan untuk merebut kembali Alaska.

Ini pun didukung dengan ketegangan tinggi antara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Rusia akibat perang yang berlangsung antara Kremlin dengan Ukraina akibat keinginan Kyiv masuk ke aliansi pertahanan Barat tersebut. Putin dan pejabat senior Rusia berulang kali mengancam eskalasi nuklir terhadap Kyiv dan mitra Baratnya.

Belum lagi bulan lalu, AS memberi persetujuan penggunaan rudal jarak jauh buatan Washington, ATACMS, ke Ukraina untuk digunakan menyerang ke dalam wilayah Rusia. Putin pun meresmikan perubahan doktrin nuklirnya dan menurunkan ambang batas penggunaan senjata atom.

Sementara itu, di Desember ini sejumlah jet tempur Rusia dilaporkan mendekati Alaska. Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara (NORAD) mengumumkan bahwa mereka mendeteksi dan melacak pesawat yang beroperasi di dalam Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Alaska.

"Empat pesawat militer Rusia memasuki wilayah udara internasional dekat Alaska pada 17 Desember," kata komando gabungan AS dan Kanada itu.

Insiden itu kemudian tidak dianggap sebagai ancaman. Namun, pertemuan semacam itu bukanlah hal yang jarang terjadi, dan NORAD mengumumkan bahwa sejumlah pesawat Rusia sudah memasuki ADIZ Alaska sejak bulan September.

Empat pesawat terlihat pada 23 September sementara dua pesawat patroli Il-38 Rusia terlacak pada 14 dan 15 September. Ada pula dua pesawat pengintai maritim dan antikapal selam Tu-142 terlihat pada 13 September lalu dua pesawat Rusia yang tidak disebutkan identitasnya diidentifikasi pada tanggal 11 September.

"Saya pikir saya dapat berbicara atas nama kita semua di pemerintahan AS untuk mengatakan bahwa dia pasti tidak akan mendapatkan [Alaska] kembali," tegas wakil juru bicara utama Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel.

Seorang konsultan senior di Chatham House menegaskan pendekatan Rusia yang konsisten dengan cara yang sama merupakan pengingat ke AS. Bahwa sementara sebagian besar pasukan darat Rusia terikat di Ukraina, pasukan udara dan lautnya terus menimbulkan ancaman global bagi musuh-musuhnya termasuk AS.

"Ini merupakan indikator lain bahwa Rusia tengah mempersiapkan diri untuk konfrontasi dengan Barat di luar Ukraina, dan setiap penghentian pertempuran di sana- misalnya melalui gencatan senjata- akan memungkinkan Rusia untuk menyusun kembali pasukannya lebih cepat tanpa Ukraina menghancurkan mereka hampir secepat mereka dibangun kembali," jelasnya.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Amerika Serikat Bantah Terlibat Pembunuhan Jenderal Rusia

Next Article Awas PD 3! NATO Siaga 5.000 Brigade Lapis Baja di 'Mulut' Rusia

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|