Jakarta, CNBC Indonesia - 'Pintu gerbang' perang dunia ketiga (PD 3) sepertinya resmi terbuka. Ukraina mulai menggunakan senjata jarak jauh Amerika Serikat (AS), untuk menyerang masuk ke negara Rusia.
Mengutip Reuters, Rabu (20/11/2024), Ukraina menggunakan Army Tactical Missile System (ATACMS) milik AS, menyerang beberapa kota Kremlin di 1000 hari perang yang dimulai sejak 2022 itu, Selasa. ATACMS dibuat Lockheed Martin Corporation dan dikembangkan sejak perang dingin, mampu mencapai target hingga 300 kilometer (km) dan dilengkapi hulu ledak kelas WDU-18 seberat 226 kilogram.
Rusia mengatakan pasukannya menembak jatuh lima dari enam rudal yang ditembakkan ke fasilitas militer di wilayah Bryansk. Puing-puing salah satu rudal mengenai fasilitas tersebut, memicu kebakaran, meski beruntung tidak menimbulkan korban atau kerusakan.
"Militer Ukraina telah meluncurkan beberapa rudal ATACMS buatan AS ke Wilayah Bryansk Rusia, beberapa di antaranya telah dicegat," kata Kementerian Pertahanan Rusia dilaporkan juga oleh laman Prancis, AFP.
Media Ukraina sebelumnya juga melaporkan bagaimana Kyiv telah menembakkan rudal ATACMS ke wilayah Rusia untuk pertama kalinya. Dirilis rekaman yang diduga sebagai momen peluncuran.
Ukraina mengakui pihaknya menyerang depot senjata Rusia, sekitar 110 kilometer (km) di dalam wilayah pemerintahan Presiden Vladimir Putin, dalam sebuah serangan yang menyebabkan "ledakan sekunder". Namun militer Ukraina tidak secara terbuka menyebutkan senjata apa yang digunakannya walau sumber pemerintah Presiden Vlodymyr Zelensky dan pejabat Washington mengonfirmasi penggunaan ATACMS.
"Rusia berhasil mencegat dua dari delapan rudal yang ditembakkan oleh Ukraina dan bahwa serangan itu dilakukan pada titik pasokan amunisi," ujar pejabat AS yang tak menyebutkan nama.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden memberikan persetujuan ke Ukraina untuk menggunakan ATACMS ke dalam Rusia, persis dua bulan sebelum ia lengser dan digantikan Donald Trump. Moskow telah menggambarkan potensi penggunaan mereka sebagai eskalasi yang akan menjadikan Washington sebagai pemain langsung dalam perang dan mendorong pembalasan Rusia.
Moskow mengatakan senjata semacam itu tidak dapat digunakan tanpa dukungan operasional langsung dari AS. Oleh karena itu penggunaannya akan menjadikan Washington sebagai "peserta" dalam perang tersebut.
"Orang-orang ini, pemerintahan Biden, mencoba meningkatkan situasi secara maksimal selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat," kata anggota parlemen Rusia Maria Butina.
"Mereka benar-benar mempertaruhkan dimulainya Perang Dunia Ketiga (PD-3) yang tidak menguntungkan siapa pun," tambahnya.
Pakar militer mengatakan penggunaan rudal AS untuk menyerang posisi yang sangat dalam di Rusia dapat membantu Ukraina mempertahankan kantong wilayah Rusia yang direbutnya sebagai alat tawar-menawar. Tetapi, ini tidak mungkin memiliki "dampak yang menentukan" dalam perang yang telah berlangsung selama 33 bulan tersebut.
Wilayah Bryansk terletak di Rusia bagian barat dan berbatasan dengan Ukraina dan Belarusia. Minsk sendiri merupakan sekutu dekat Rusia.
Nuklir Putin
Sementara itu, Selasa, Putin menandatangani doktrin nuklir baru yang tampaknya dimaksudkan sebagai peringatan bagi Washington. Doktrin tersebut menurunkan ambang batas di mana Rusia dapat menggunakan senjata atom untuk menanggapi serangan yang mengancam integritas teritorialnya.
Zelensky mengatakan langkah tersebut menunjukkan Putin tidak tertarik pada perdamaian. Menurutnya Putin hanya menginginkan perang.
"Khususnya pada hari ini ... mereka mengajukan strategi senjata nuklir. Mengapa?," ujar mantan komedian itu.
"Mereka tidak mengajukan (suatu) strategi perdamaian. Apakah Anda mendengarnya? ... Putin menginginkan perang," tambahnya.
Per 31 Agustus 2024, Misi Pemantauan Hak Asasi Manusia PBB di Ukraina telah mendokumentasikan sedikitnya 11.743 warga sipil tewas dan 24.614 terluka di Ukraina sejak dimulainya perang. Pejabat PBB dan Ukraina mengatakan angka sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi, mengingat sulitnya memverifikasi kematian dan cedera.
Negara-negara Barat yakin Rusia telah menderita korban yang jauh lebih parah daripada Ukraina. Bahkan bisa kehilangan lebih dari 1.000 tentara yang tewas per hari selama periode pertempuran sengit di timur.
Ekonomi Ukraina menyusut sekitar sepertiga pada tahun 2022. Meskipun mengalami pertumbuhan pada tahun 2023 dan sejauh ini tahun ini, ekonominya masih hanya 78% dari ukurannya sebelum perang.
Rusia sendiri kini menghadapi lonjakan inflasi. Bank sentral memperkirakan inflasi mencapai 8 hingga 8,5%.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rusia: AS Pertaruhkan PD 3 Karena Izinkan Ukraina Gunakan Rudal
Next Article Siaga PD 3, TV Rusia Ungkap Rencana Serang Jerman-Prancis-Inggris