Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang 2024 satu per satu emiten ritel mulai menutup gerai dan pabriknya, mulai dari Matahari department store hingga sepatu Bata. Penutupan gerai menjadi langkah efisiensi lantaran surutnya permintaan yang menggerogoti kinerja keuangan.
Kondisi suboptimal yang dirasakan oleh sejumlah emiten retail terjadi karena berbagai macam alasan mulai dari perubahan perilaku konsumen yang memilih belanja online, pasar yang semakin ketat dengan banjirnya barang murah, kurangnya inovasi dan pembaruan hingga pelemahan daya beli masyarakat pun dapat menjadi alasan.
Berikut adalah sejumlah kondisi berat dan dinamika yang dialami oleh sejumlah emiten ritel sepanjang taun 2024:
Matahari
Peritel modern segmen department store, Matahari, PT Matahari Department Store Tbk (Matahari/ LPPF) melakukan efisiensi dengan 13 toko. Di saat bersamaan, perusahaan mengawasi sejumlah toko miliknya. Sebelumnya ada 13 toko masuk pengawasan, kini bertambah jadi 20 toko.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Matahari melakukan penyesuaian selektif terkait portofolio gerainya. Termasuk melakukan pengurangan jumlah gerai yang menyasar tokok berkinerja rendah.
"Saat ini, Matahari sedang memantau kinerja 20 gerai yang ada dalam watchlist dan berencana menutup 13 gerai tahun ini," tulis manajemen.
Tercatat, per 30 September 2024, perusahaan mengoperasikan sebanyak 147 gerai. Yaitu 28 gerai berada di Sumatra, 84 gerai di Jawa, 29 gerai di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku, serta 6 gerai di lokasi lainnya.
Angka ini menyusut dari posisi per 31 Desember 2023 lalu, yang tercatat ada 154 gerai beroperasi.
Manajemen mengungkapkan, untuk melengkapi keberadaan gerai fisik, strategi omni-channel Perseroan terus mengalami perkembangan. Dengan lebih dari tiga perempat vendor konsinyasi kini telah terintegrasi melalui portal pemasok Matahari, sehingga dapat memperluas variasi produk yang tersedia secara online.
Perseroan juga memperluas jangkauan marketplace-nya dengan membuka official store di beberapa kanal e-commerce terkemuka lainnya. Selain itu, platform Shop & Talk Matahari juga sedang dalam proses pembaruan yang diharapkan dapat lebih meningkatkan pengalaman belanja online.
Pandangan ke Depan
"Kami bertekad untuk terus beradaptasi dengan lanskap pelanggan dan bisnis ritel yang terus berkembang," ujar CEO Matahari Monish Mansukhani.
Manajemen menyoroti kondisi pelemahan ekonomi makro adanya deflasi yang terkait dengan penurunan daya beli dan PMI di bawah 50 yang mencerminkan kontraksi. Bahkan, ekspektasi pelemahan ekonomi secara makro akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini. Pada kuartal III tahun ini, penjualan perseroan pun tak terlalu signifikan.
"4Q24 diperkirakan akan tetap menantang. Berdasarkan tren penjualan saat ini dan rencana penutupan toko, kami memperkirakan akan mengakhiri tahun ini dengan EBITDA sebesar Rp 1,2 triliun," sebutnya.
Manajemen menyebut, beberapa inisiatif strategis seperti peningkatan produk, ekspansi merek, dan optimalisasi gerai dirancang untuk memperkuat daya tarik Matahari di segmen pelanggan baru serta meningkatkan efisiensi dan ketahanan bisnis secara jangka panjang.
"Berkembangnya merek SUKO menegaskan arahan strategis ini, dengan rencana berjalan untuk memperkenalkan merek eksklusif baru dengan daya pikat fashion yang berbeda dan menyasar konsumen muda yang modern," tulis manajemen.
Menurutnya, riset pasar dan strategi keterlibatan konsumen yang mendalam menjadi panduan atas upaya-upaya ini, di mana Matahari memanfaatkan insights dari kanal-kanal utama seperti media sosial, Key Opinion Leaders, dan acara-acara komunitas untuk memosisikan merek-mereknya secara tepat dan menarik.
"Pendekatan ini berperan dalam meningkatkan awareness serta menciptakan penawaran produk terpilih bagi para pelanggan," sebut Manajemen.
Mengutip kinerja keuangan LPPF, hingga September 2024 penjualan turun 1,4% secara tahunan (yoy) menjadi Rp9,48 triliun dari sebelumnya Rp9,61 triliun. Sementara pendapatan bersih turun 1,3% menjadi Rp 4,91 triliun dari sebelumnya Rp 4,98 triliun.
Sepatu BATA
Emiten produsen sepatu, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) masih menderita kerugian Rp131,27 miliar sampai kuartal III/2024. Kondisi ini semakin memberatkan keuangan perusahaan yang sebelumnya sudah menutup pabrik dan melakukan PHK masal.
Sebelumnya pada April lalu, BATA telah menutup pabriknya di Purwakarta yang berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 233 pekerja atau buruh langsung.
"Berdasarkan surat pelaporan penghentian aktivitas pabrik yang disampaikan oleh Bata kepada kami bahwa jumlah tenaga kerja yang ter-PHK itu sebanyak 233 orang," ungkap Ketua Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Disnakertrans Jawa Barat Firman Desa dalam Evening Up CNBC Indonesia.
"Berdasarkan surat dari manajemen Bata bahwa pabrik ini harus mengalami penutupan terjadi PHK untuk semua buruhnya. Iya betul 100% dari suratnya," tegas dia mengonfirmasi.
Sejak pandemi Covid-19 atau selama empat tahun terakhir, emiten produsen sepatu merk Bata ini menerima tantangan yang berat dari perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat.
Sayangnya, upaya perusahaan untuk pulih tidak optimal dan berujung menutup pabrik. Direktur Sepatu Bata Hatta Tutuko mengatakan sejak pandemi Covid-19, penjualan BATA lesu hingga mencatatkan rugi.
"Covid-19 merusak tatanan di BATA yang tadinya profit. Sekarang belum mencapai perbaikan yang diinginkan," ungkapnya dalam public expose.
Penjualan masih loyo terasa sampai sekarang, data terbaru sampai September 2024 BATA masih membukukan rugi sebelum pajak sebesar Rp131,27 miliar.
Bahkan rugi tersebut membengkak lebih dari dua kali lipat atau 151% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp52,33 miliar.
Bengkaknya rugi terjadi seiring dengan penjualan yang turun 26% pada kuartal III/2024 menjadi Rp363,27 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp488,47 miliar.
Berdasarkan data perseroran, BATA juga telah menyelesaikan proses pemutusan kontrak kerja dan membayar pesangon kepada karyawan yang terkena dampaknya sebesar Rp16,7 miliar hingga Mei 2024.
Adapun imbas dari penutupan pabrik, BATA saat ini menjalankan bisnis dengan mengandalkan 100% produksi dari suplier lokal.
"Jalan keluarnya, kita kerja sama dengan suplier lokal agar perbaiki posisi keuangan," ungkap Hatta.
Pusat distribusi kemudian dipindah dari Purwakarta ke Jakarta. BATA juga berkerja sama dengan perusahaan logistik dalam mengelola barang di warehouse yang kemudian disalurkan ke toko-toko Sepatu Bata.
Meski begitu, manajemen BATA mengatakan optimistis mampu mencatatkan perbaikan kinerja keuangan ke depannya dan kerugian diproyeksi berhenti pada 2025 mendatang.
Alfamart
Berbeda dengan Matahari dan Sepatu Bata, penutupan gerai Alfamart lebih kecil jika dibandingkan pembukaan gerai sepanjang tahun ini.
Alfamart memang menutup 400 unit tokonya namun menambah 1000 gerai di tahun 2024 ini. Direktur Corporate Affairs PT Sumber Alfaria Triaya Tbk (Alfamart) Solihin mengungkapkan, penutupan toko-toko tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya karena tidak menguntungkan.
Solihin menjelaskan, toko-toko yang tidak menguntungkan tersebut salah satunya karena biaya sewa yang semakin mahal, namun tidak diimbangi pertumbuhan penjualan.
Lalu bagaimana rencana perusahaan di tahun 2025? Apakah penutupan gerai masih akan berlanjut?
"Kalau misalkan tutup pertanyaannya kenapa? Pertama ada kenaikan sewa luar biasa daripada pemilik tempat. Penyebab utama. Lalu ada pemilik tempat tidak menyewakan lagi. Sehingga, kita tidak memperpanjang, tapi kita buka lagi yang baru tidak jauh dari sana," katanya kepada CNBC Indonesia.
"Jadi kalau ditanya apakah yang tutup ada yang buka bagaimana? Saya kalau tutup 1 buka 3 tuh minimal. Toko yang buka jauh lebih banyak daripada yang tutup. Ini kan strategi perusahaan dalam hal ini. Toko-toko yang tidak berkontribusi keuntungan ya buat apa? Tapi bukan berarti tutup selesai," tegasnya menambahkan.
Sebab, imbuh dia, Alfamart masih dalam fase membuka lebih banyak lagi gerai-gerai baru di berbagai lokasi.
"Kita buka DC aja banyak tahun ini. DC, distribution center, melayani toko-toko yang ada," ujarnya.
Untuk tahun 2025, Solihin bahkan menargetkan, akan ada penambahan 1.200-an toko baru di seluruh Indonesia.
"Paling tidak minimal 3 kali lipat yang tutup tadi lah. (1.200 unit) ada lah," tukasnya.
"Buka tokonya lebih dari 1.000 unit (tahun ini). Dalam waktu dekat akan buka di Larantuka, toko pertama," ujar Solhin.
Melansir detikfinance, per Juni 2024, Alfamart saat ini memiliki 19.638 gerai. Jumlah ini terdiri dari gerai milik sendiri sebanyak 14.369 dan gerai kerja sama waralaba atau franchise sebanyak 5.269.
Solihin mengatakan, bisnis minimarket seperti Alfamart masih akan berkembang dan memiliki potensi besar. Termasuk di wilayah Jabodetabek, meski pertumbuhannya saat ini lebih lambat.
"Makanya tahun depan itu saya kan buka paling nggak, nggak kurang dari yang tahun 2024. Pada intinya, kalau target kita akan buka 800 (unit), tapi net ya. Jadi kalau kotornya pasti lebih dari 800 karena ada toko yang tutup ya," pungkas Solihin.
(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Terungkap Alasan Utama Alfamart Tutup 400 Gerai di 2024
Next Article Kisah Kejatuhan Raja Ritel RI di Balik Lahirnya Matahari dan Lippo