Gubernur Jatim akan Jadikan Ajaran Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani Jadi Kurikulum

1 hour ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mewacanakan akan memanfaatkan ajaran Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani sebagai kurikulum pelajar di tingkat siswa SMA/SMK untuk pembentukan karakter. Gubernur mengatakan, ajaran Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani sangat baik, termasuk tertuang di Kitab Nashoihul Jailani, tentang beragam nasihat.

"Ada kitab Nashoihul Jailani, nasihat yang antara lain tentang keikhlasan, tentang syukur, tentang sabar, tentang akhlak," kata Gubernur Jatim itu dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW bersama Syekh Afeefuddin Al-Jailani di PP Al Mahrusiyah Lirboyo, Kota Kediri, Ahad (21/9/2025).

Ia mengatakan, dalam nasihat yang diberikan oleh Syekh Afeefuddin Al Jailani sebagaimana yang diutarakan oleh Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, salah satunya memang membahas tentang ikhlas. "Ikhlas. Kalau dapat ilmu pastikan diamalkan dan harus ada keikhlasan dalam proses mengamalkan. Ikhlas itu tidak sederhana, maka itu salah satu substansi dari Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani," kata dia.

Khofifah mengaku sudah meminta izin terkait dengan mencetak ulang kitab Nashoihul Jailani. Kitab tersebut juga sudah ada terjemahan dalam bahasa Indonesia, sehingga lebih mudah memahaminya. "Insya Allah kitab ini saya sudah izin untuk dicetak tiga jilid. Mudah-mudahan bisa dijadikan kurikulum SMA/SMK. Nasihat Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia," kata dia.

Gubernur juga berharap dengan isi dari kitab tersebut, dapat menjadi salah satu pelajaran untuk pendidikan karakter anak. "Kira-kira akan menjadi basis bagaimana menjadi pembentukan karakter, akhlak yang kemudian menjadikan orang bersyukur, menjadikan orang sabar, menjadikan orang ikhlas, tawakal. Kira-kira itu bagian dari Kitab Nashoihul Jailani, nasihat-nasihat Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani yang sudah diterjemahkan," kata Gubernur.

Sementara itu, keturunan ke-19 Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, yakni Syekh Afeefuddin Al Jailani yang hadir di Pesantren Al Mahrusiyah Lirboyo, Kota Kediri menjelaskan bahwa dalam prinsip menuntut ilmu ada tiga. Pertama ilmu, kedua amalkan, dan yang ketiga ikhlas dalam mencari ilmu.

"Tiga komponen prinsip tadi harus ada pada diri seorang santri. Tidak bisa seorang santri hanya memperkuat ilmu tanpa amal dan ikhlas atau amal tanpa ilmu dan ikhlas atau ikhlas tanpa ilmu dan amal. Tiga-tiganya benar harus ada pada diri seorang santri," katanya dalam acara tersebut.

Ia pun menambahkan, jika ingin menjadi sosok yang sukses dan bermanfaat kepada orang lain, diharapkan untuk memegang dengan kuat syarat atau prinsip tersebut. Bukan hanya nantinya sukses dan bisa mengajarkan ilmunya di Indonesia, melainkan bisa mengajarkan hingga luar Indonesia, termasuk mengajarkan budaya toleransi.

"Bisa mengajarkan budaya toleransi yang ada di Indonesia ini ke negara lain, mengajarkan kasih sayang model budaya kasih sayang yang ada di Indonesia ke negara lain, sehingga kalian semua bisa dianggap sebagai duta Rasulullah SAW dalam mengajarkan," kata dia.

Ia juga mencontohkan, ketika Syeikh Abdul Qadir al-Jailani saat ke Bagdad, tidak ada satu pun yang mengenal sosok beliau. Namun dengan memegang teguh ilmu, amal, ikhlas sehingga saat beliau usia 55 tahun menjadi syeikh para masyayikh di Kota Bagdad dan seluruh kota saat itu.

"Maka jika kalian semua mampu memegang teguh tiga prinsip tadi, maka itulah jalan yang ditempuh Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, di dalam menyukseskan dirinya," kata dia.

Dalam kegiatan itu, juga disertai dengan pembacaan Maulid Simtudduror oleh para santri. Hadir dalam acara itu, keluarga besar PP Al Mahrusiyah Lirboyo, Kota Kediri, perwakilan PCNU Kota Kediri, alumni pesantren, ratusan santri putra dan putri, serta tamu undangan lainnya.

sumber : Antara

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|