Jakarta, CNBC Indonesia - Haiti, negara di Laut Karibia, kini sedang kacau-balau. Ini tak lain karena kekerasan gangster yang hampir beberapa bulan terakhir menakut-nakuti sesama warga dan mengacak-acak pemerintah.
Dalam perkembangan terbaru, Rabu (20/11/2024), polisi dan kelompok pembela sipil yang bernama Bwa Kale, dilaporkan membunuh 28 orang yang diduga anggota geng di ibu kota, Port-au-Prince, dalam sebuah operasi penumpasan semalaman. Dikatakan ini untuk mengendalikan kembali kendali pemerintah di kota itu.
Ini setelah satu pemimpin geng menyerukan pengerahan massa untuk meminta pemerintah transisi mundur. Namun anggota geng tersebut dilaporkan terus melakukan serangan balasan, yang penuh kekerasan dan kekacauan.
"Petugas menghentikan sebuah truk yang mereka katakan membawa anggota geng di daerah pinggiran kota Petion-Ville... sekitar pukul 2:00 dini hari Selasa. Sementara sebuah bus yang mengangkut anggota geng lain dicegat di pusat kota," kata juru bicara Kepolisian Nasional Haiti Lionel Lazarre.
"Polisi melepaskan tembakan, menewaskan 10 orang. Kemudian (polisi) mengejar mereka yang melarikan diri dengan bantuan kelompok-kelompok bela diri warga, yang dibentuk oleh penduduk yang menentang geng-geng tersebut," tambahnya.
Koresponden AFP juga membenarkan kejadian tersebut. Seorang fotografer melihat bagaimana polisi dan orang-orang membakar mayat-mayat yang diduga anggota geng di jalan, dengan ban-ban ditumpuk di atasnya dan dibakar.
Desak Pemerintah Transisi Bubar
Geng-geng bersenjata lengkap menguasai sekitar 80% kota di Haiti. Mereka secara rutin menargetkan warga sipil meskipun ada pasukan internasional yang didukung PBB dan dipimpin Kenya, yang telah dikerahkan untuk membantu polisi yang kalah senjata.
Salah satu aliansi geng kuat Haiti adalah Viv Ansanm, yang menggulingkan perdana menteri Haiti Ariel Henry. Seruan pengunduran diri pemerintahan transisi disampaikan juru bicara Viv Ansann, Jimmy Barbecue" Cherisier.
"Koalisi Viv Ansanm akan menggunakan segala cara untuk mencapai kepergian CPT," kata Cherisier Senin malam, menggunakan akronim untuk Council of Transitional Presidential (Dewan Presiden Transisi/CPT).
Beberapa jam kemudian, anggota gangster dilaporkan mulai memobilisasi diri ke ibu kota. Mereka mengarah ke sejumlah distrik seperti Petion-Ville, Bourdon, dan Canape Vert, sebelum akhirnya dihalangi polisi dan warga pembela sipil.
Haiti sendiri kini dipimpin Perdana Menteri (PM) Alix Didier Fils-Aime yang dilantik minggu lalu. Ia menggantikan Garry Conille, yang diangkat pada bulan Mei tetapi lengser karena ricuh perebutan kekuasaan dengan CPT.
1.200 Orang Tewas
Sementara itu, menurut laporan PBB bulan lalu, lebih dari 1.200 orang di Haiti tewas dari Juli hingga September. Sebagian besar kematian, 47%, dikaitkan dengan geng meski 45% lain merupakan hasil dari operasi penegakan hukum.
Setidaknya ada 8% kematian terakit warga sipil. Status mereka masih samar apakah anggota geng atau bukan meski memang dituduh melakukan kejahatan umum, termasuk pencurian.
Di sisi lain, lebih dari 20.000 orang telah mengungsi di Port-au-Prince hanya dalam waktu empat hari minggu lalu. Negara itu kehilangan hubungan utama dengan seluruh dunia ketika Amerika Serikat (AS) melarang semua penerbangan sipil ke negara tersebut selama sebulan, setelah tiga pesawat jet yang mendekati atau meninggalkan Port-au-Prince terkena tembakan.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: ASN Siap-Siap! Pemerintah Mau Siapkan Sistem Single Salary
Next Article Truk Tangki BBM Meledak! 16 Orang Dinyatakan Tewas, 40 Luka-Luka