Ribuan warga Israel menyalakan api saat menggelar aksi menuntut diakhirinya perang di Jalur Gaza dan menentang pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, Sabtu (23/8/2025). Para peserta aksi menumpahkan kekesalannya atas kebijakan perang di Gaza yang telah berlangsung lama dan menimbulkan penderitaan bagi semua pihak.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Surat kabar Israel, Haaretz, menyatakan dalam editorialnya bahwa Israel memasuki tahun baru Ibrani hari ini, dibebani oleh kutukan dan kesengsaraan dari tahun sebelumnya.
Israel berperang dalam perang yang tidak berarti dan dilancarkan oleh kepemimpinan yang menghancurkan dan tidak peduli dengan kepentingan warga Israel.
Haaretz, dikutip dari Aljazeera, Rabu (24/9/2025) menekankan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengubah negara tersebut menjadi paria global, diboikot oleh komunitas internasional, dan warganya tidak diterima oleh masyarakat dunia.
Korupsi yang merajalela di pemerintahan Netanyahu dan serangkaian skandal yang mengikutinya secara pribadi mengungkapkan krisis pemerintahan yang mendalam yang mengancam stabilitas seluruh sistem politik.
Menjelang Rosh Hashanah 5786, warga Israel tidak melihat apa pun selain kelalaian, korupsi, keburukan, dan kesombongan di sekeliling mereka.
Sementara rasa frustasi muncul dari pemerintah yang melanjutkan perangnya terhadap dasar-dasar negara hukum, serta membungkam pers dan kebebasan berekspresi, demikian menurut surat kabar tersebut.
Editorial tersebut berargumen bahwa tangisan Einav Zangauker, ibu dari Matan, di depan rumah Netanyahu pekan lalu mengungkapkan apa yang ada di hati rakyat Israel.
"Perdana Menteri yang ditinggalkan telah mengorbankan putra-putra kami demi kepentingan politiknya."