Harga Minyak Naik Tipis, Tekanan Pasar Masih Kuat

17 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan tipis pada perdagangan Jumat (14/3/2025), setelah sanksi baru Amerika Serikat terhadap Iran memberikan sedikit dorongan. Meski demikian, tekanan terhadap pasar minyak masih kuat akibat meningkatnya ketegangan perdagangan global serta ancaman kelebihan pasokan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (14/3/2025), harga minyak Brent kontrak Mei 2025 naik 0,74% ke US$70,40 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,80% ke US$67,08 per barel. Meski rebound, WTI masih berada dalam tren pelemahan mingguan selama delapan pekan berturut-turut.

Kenaikan harga minyak didorong oleh sanksi terbaru Amerika Serikat terhadap Iran dan sejumlah kapal berbendera Hong Kong yang terlibat dalam armada bayangan Iran. Departemen Keuangan AS mengumumkan langkah ini sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum" terhadap Teheran. Langkah ini berpotensi mengganggu pasokan minyak Iran ke pasar global.

Namun, harga minyak tetap tertekan oleh meningkatnya ketegangan perdagangan global. Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif 200% terhadap anggur dan sampanye asal Eropa. Ancaman ini memicu kekhawatiran bahwa perang dagang yang lebih luas dapat menekan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.

Selain itu, ketidakpastian seputar proposal gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina juga turut membebani pasar. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Moskow menyetujui proposal AS, tetapi menginginkan jaminan perdamaian jangka panjang sebelum menyepakati kesepakatan tersebut.

Di sisi lain, ancaman kelebihan pasokan tetap menjadi perhatian utama. Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa surplus minyak global bisa meningkat seiring lonjakan produksi dari negara-negara non-OPEC, terutama AS. IEA memperkirakan pasokan minyak global tahun ini akan melampaui permintaan sekitar 600.000 barel per hari (bph), sementara pertumbuhan permintaan diprediksi hanya 1,03 juta bph-lebih rendah 70.000 bph dari perkiraan bulan lalu.

OPEC+ yang sebelumnya menahan produksi juga mulai meningkatkan output, menambah tekanan pada harga minyak. Dengan berbagai ketidakpastian ini, investor terus memantau kebijakan lebih lanjut dari negara produsen dan dinamika geopolitik global.

CNBC Indonesia


(emb/emb)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Dividen BCA Rp 37 T & Hendra Lembong Resmi Jadi Presdir BCA

Next Article Perang Timur Tengah Makin Berkecamuk, Minyak Melesat 2%

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|