Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia bergerak stabil pada perdagangan Senin (24/3/2025) seiring dengan meningkatnya perhatian investor terhadap perundingan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina. Potensi peningkatan pasokan minyak dari Rusia ke pasar global menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga.
Harga minyak Brent berada di level US$71,94 per barel setelah turun tipis dari level pembukaan US$71,94. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di level US$68,08 per barel, sedikit melemah dibandingkan penutupan sebelumnya di US$68,28 per barel.
Pada perdagangan Jumat pekan lalu (21/3/2025), kedua acuan minyak ini mencatat kenaikan mingguan berturut-turut setelah sanksi baru AS terhadap Iran serta rencana produksi terbaru OPEC+ memicu ekspektasi pengetatan pasokan global.
Delegasi AS dijadwalkan bertemu dengan pejabat Rusia pada Senin untuk membahas perjanjian gencatan senjata di Laut Hitam dan kemungkinan penghentian konflik yang lebih luas di Ukraina. Sebelumnya, delegasi AS telah berdiskusi dengan diplomat Ukraina pada Minggu.
"Ekspektasi kemajuan dalam negosiasi damai Rusia-Ukraina serta potensi pelonggaran sanksi AS terhadap minyak Rusia memberikan tekanan pada harga minyak," ujar Toshitaka Tazawa, analis Fujitomi Securities.
Namun, investor masih menahan diri dalam mengambil posisi besar sambil mengevaluasi tren produksi OPEC+ setelah April mendatang.
OPEC+ telah merilis jadwal baru bagi tujuh negara anggota untuk memangkas produksi guna mengimbangi kelebihan produksi yang terjadi sebelumnya. Pengurangan tersebut diperkirakan akan melampaui peningkatan produksi bulanan yang direncanakan mulai April.
Di sisi lain, produksi minyak Kazakhstan dilaporkan mencapai rekor tertinggi bulan ini akibat ekspansi ladang minyak, melebihi kuota produksi OPEC+. Sejak 2022, OPEC+ telah memangkas produksi hingga 5,85 juta barel per hari, atau setara 5,7% dari pasokan global. Pada 3 Maret lalu, delapan negara anggota OPEC+ mengonfirmasi akan tetap melanjutkan kenaikan produksi sebesar 138.000 barel per hari mulai April.
Pelaku pasar juga mencermati dampak dari sanksi baru AS terhadap Iran yang diumumkan pekan lalu. Pengiriman minyak Iran ke China diperkirakan turun dalam waktu dekat akibat sanksi yang menyasar kilang dan kapal tanker Iran. Namun, para pedagang meyakini bahwa pembeli akan menemukan cara untuk tetap mengalirkan sebagian volume minyak Iran ke pasar.
Sementara itu, perusahaan energi AS pekan lalu menambah jumlah rig minyak dan gas alam untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir, menurut laporan Baker Hughes.
CNBC Indonesia
(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Ditutup Melemah 1,55% - Struktur BPI Danantara Diumumkan
Next Article Harga Minyak Melemah, Pasar Tunggu Perkembangan Perang Rusia-Ukraina