Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis nikel PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diprediksi tetap solid, setelah pemerintah memastikan program hilirisasi nikel terus berlanjut. Meskipun LG Energy Solution (LGES) keluar dari proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dalam skema Indonesia Grand Package, ke depannya hilirisasi baterai EV tetap menjadi peluang strategis bagi Antam selaku pemasok bijih nikel limonit.
Apalagi, Antam masih melanjutkan proyek ekosistem baterai EV dengan Ningbo Contemporary Brunp Lygend (CBL), anak usaha raksasa baterai EV dunia CATL.
"Hilirisasi baterai EV tetap menjadi peluang strategis bagi Antam meski LG mundur," ujar Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey, dikutip Jumat (25/4/2025).
Dia menyebutkan, nilai tambah dari hilirisasi nikel menjadi baterai akan berdampak positif terhadap valuasi jangka panjang Antam. Seiring dengan itu, Panin Sekuritas menaikkan target harga saham ANTM dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.300, didorong oleh kinerja emas yang kuat. Target harga saham ANTM menggunakan metode DCF (30%) dan EV/EBITDA 8,6 kali untuk 2025.
"Mulai 2025, Antam mendapat pasokan 30 ton emas dari Freeport tanpa beban premium atau PPh impor. Ini akan jadi game changer bagi margin dan struktur biaya," jelas Andhika.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep) Bisman Bakhtiar, mengakui mundurnya LG patut disayangkan. Namun, hal itu semestinya tidak menghambat proyek strategis tersebut.
"Mundurnya investor asing adalah dinamika bisnis, bisa karena perhitungan prospek, iklim investasi, atau faktor lain. Hal yang penting, proyek tetap berjalan karena memiliki prospek besar ke depan," ujarnya.
Dia menilai bisnis Antam dalam hilirisasi baterai tetap prospektif. Sebab, Indonesia punya cadangan nikel terbesar dunia.
"Jika hilirisasi berhasil, nilai tambahnya sangat tinggi. Walaupun harga saat ini sedang menurun, potensi cuan jangka panjang masih besar," pungkas Bisman.
Sebelumnya, pemerintah memastikan proyek ekosistem baterai EV senilai US$ 9,8 miliar tetap berjalan, meski LGES dari Korea Selatan memilih mundur dalam skema Indonesia Grand Package. Proyek ini mencakup rantai pasok baterai EV terintegrasi, dari hulu tambang hingga hilir produksi sel baterai.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, struktur proyek ini tetap solid dan tidak mengalami perubahan mendasar. Penyesuaian hanya terjadi pada susunan mitra investasi dalam beberapa joint venture (JV).
"Pembangunan Grand Package tetap sesuai rencana awal. LG tidak lagi melanjutkan keterlibatan pada JV 1, 2, dan 3, namun telah digantikan mitra strategis dari Tiongkok, yakni Huayou, bersama BUMN kita," kata Bahlil.
Sebagai bagian dari realisasi investasi, Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo telah meresmikan pabrik sel baterai EV pertama di Indonesia pada Juli 2024. Pabrik di Karawang, Jawa Barat, ini merupakan kerja sama Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution melalui PT HLI Green Power, dengan kapasitas produksi 10 gigawatt hour (GWh) per tahun. Bahlil juga memastikan, mundurnya LG tidak berdampak pada kelangsungan proyek secara keseluruhan.
"Groundbreaking lanjutan tetap dijadwalkan tahun ini. Total investasi senilai hampir US$ 8 miliar akan tetap dieksekusi. Tidak ada pembatalan ataupun penghentian," tegas dia.
(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rekor Lagi, Rekor Lagi, Ke Mana Arah Harga Emas?
Next Article Video : Crazy Rich Surabaya Budi Said Dituntut 16 Tahun Penjara