IHSG Masih Stagnan, Saham dan Sektor Ini Biang Keladinya

22 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali terkoreksi tipis pada akhir perdagangan sesi I Rabu (8/1/2025),di tengah wait and see pasar yang masih terjadi hingga hari ini.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG turun tipis 0,04% ke posisi 7.080,15. IHSG masih bertahan di level psikologis 7.000.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 4,8 triliun dengan melibatkan 8,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 642.384 kali. Sebanyak 227 saham naik, 352 saham turun, dan 215 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 1,92%. Namun, sektor energi menjadi penahan koreksi IHSG yakni mencapai 0,97%.

Dari sisi saham yang menjadi penekan IHSG, ada emiten pertambangan Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan emiten energi baru terbarukan konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) masing-masing 7,6 dan 6,7 indeks poin.

Sementara dari sisi saham yang menjadi penahan koreksi IHSG, ada emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang mencapai 12,7 indeks poin dan beberapa saham perbankan raksasa seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 4,9 indeks poin.

Berikut saham-saham yang menjadi penekan dan penahan koreksi IHSG pada sesi I hari ini.

IHSG masih cenderung mendatar di tengah wait and see pasar yang masih terjadi hingga hari ini. Pasar masih menanti rilis data ekonomi di global terutama di Amerika Serikat (AS).

Data tenaga kerja pada rilis kemarin juga masih menunjukkan kekuatannya, tercermin dari data JOLTs Job Opening November yang lebih banyak bertambah 8,09 juta, dibandingkan ekspektasi sebanyak 7,7 juta.

Sejalan dengan itu, untuk Job Quits per November hasilnya lebih baik dari ekspektasi, dengan bertambah 3,06 juta, lebih sedikit dari perkiraan sebanyak 3,31 juta.

Kekuatan pasar tenaga kerja menunjukkan ekonomi AS yang masih baik-baik saja, meskipun laju inflasi mulai mengetat beberapa bulan terakhir. Hal ini bisa menjadi gambaran lebih jauh terhadap prospek kebijakan the Fed yang tampaknya akan lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga.

Sementara di pekan ini, pelaku pasar menunggu rilis terkait pasar tenaga kerja seperti klaim pengangguran dan laporan penggajian swasta dari Automatic Data Processing (ADP) Research Institute.

ADP Employement Rate diperkirakan akan menunjukkan pertambahan 130.000 pada Desember. Laporan ini akan terbit sebelum laporan pekerjaan atau Non Farm Payroll (NFP) periode Desember dari Biro Statistik Tenaga Kerja diharapkan akan dirilis pada Jumat.

Data tersebut akan menjadi kajian awal yang mencakup data NFP dan tingkat pengangguran di AS.

Lebih lanjut, pasar juga akan merespon beberapa data AS lagi yang rilis kemarin. Mulai dari data neraca dagang AS periode November 2024 yang mengalami pelebaran defisit lebih banyak dari perkiraan menjadi US$ 78, 2 miliar.

Di tengah sentimen dari AS yang masih memberikan efek negatif bagi Tanah Air, Bank Indonesia (BI) akan merilis data cadangan devisa (cadev) yang diperkirakan akan mengalami kenaikan menjadi US$152 miliar dari bulan sebelumnya sebesar US$ 150,2 miliar.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global

Next Article Sempat Tembus Level 7.800, IHSG Balik Arah ke Zona Merah

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|