IHSG Nyaris Tak Bergerak, Saham Prajogo Jadi Pendorong Sekaligus Beban

12 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau naik tipis pada akhir perdagangan sesi I Kamis (9/1/2025), di tengah respons pasar akan hasil risalah bank sentral Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada dini hari tadi waktu Indonesia.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG naik tipis 0,04% ke posisi 7.083,37. IHSG sejatinya sempat menyentuh level psikologis 7.100 pada sesi I sekitar pukul 10:00 WIB. Namun di akhir sesi I, IHSG kembali ke level psikologis 7.000 tepatnya di 7.080-an.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp4,1 triliun dengan melibatkan 9,7 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 736.180 kali. Sebanyak 252 saham terapresiasi, 319 saham terdepresiasi, dan 213 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor industri menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 0,71%.

Dari sisi saham yang menjadi penekan IHSG, ada emiten energi baru terbarukan konglomerasi Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan emiten perbankan besar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) masing-masing mencapai 7,7 dan 2,9 indeks poin.

Sementara dari sisi saham yang menjadi penahan koreksi IHSG, ada konglomerasi Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan emiten perbankan raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masing-masing sebesar 12,4 dan 6,5 indeks poin.

Berikut saham-saham yang menjadi penekan dan penahan koreksi IHSG pada sesi I hari ini.

IHSG cenderung kembali mendatar setelah sempat menguat ke level psikologis 7.100. Pergerakan IHSG hari ini cenderung dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama dari hasil risalah the bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam Federal Open Market Committee (FOMC) minutes yang rilis pada dini hari tadi waktu Indonesia.

Hasil FOMC Minutes The Fed tampak semakin mengkonfirmasi terhadap isyarat perlambatan laju cut rate pada tahun ini.

Mengutip dari risalah the Fed dini hari tadi ""Pejabat Federal Reserve pada pertemuan bulan Desember mereka menyatakan kekhawatiran tentang inflasi dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh kebijakan Presiden terpilih Donald Trump, yang mengindikasikan bahwa mereka akan bergerak lebih lambat dalam pemangkasan suku bunga karena ketidakpastian"

Tanpa menyebut nama Trump, ringkasan pertemuan tersebut menampilkan setidaknya empat penyebutan tentang dampak perubahan dalam kebijakan imigrasi dan perdagangan terhadap ekonomi AS.

Sejak kemenangan Trump dalam pemilihan umum November, dia telah mengisyaratkan rencana untuk mengenakan tarif yang agresif dan menghukum terhadap Tiongkok, Meksiko, dan Kanada serta mitra dagang AS lainnya. Selain itu, dia bermaksud untuk melakukan lebih banyak deregulasi dan deportasi massal.

Namun, sejauh mana tindakan Trump dan khususnya bagaimana tindakan tersebut akan diarahkan menciptakan serangkaian ambiguitas tentang apa yang akan terjadi, yang menurut anggota Komite Pasar Terbuka Federal akan memerlukan kehati-hatian.

"Hampir semua peserta menilai bahwa risiko kenaikan terhadap prospek inflasi telah meningkat," ungkap risalah tersebut.

Menurut perangkat CME Fedwatch Tool semakin menunjukkan dominasi dari probabilitas suku bunga the Fed akan ditahan pada pertemuan bulan ini. Peluangnya sudah mencapai lebih dari 95%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global

Next Article IHSG Ditutup Turun Tipis, Masih Bertahan di Level 7.700

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|