IHSG Sumringah di Perdagangan Perdana 2025, Bank Raksasa Jadi Penopang

2 days ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau bergairahpada perdagangan perdana 2025 tepatnya sesi I Kamis (2/1/2025), di tengah sentimen positif yang mulai masuk ke pasar keuangan RI pada hari ini.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menanjak 0,73% ke posisi 7.131,35. IHSG pun berhasil menyentuh level psikologis 7.100 pada perdagangan perdana di 2025.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 4,6 triliun dengan volume transaksi mencapai 11,2 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 678.345 kali. Sebanyak 307 saham menguat, 275 saham melemah, dan 207 saham cenderung stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi, bahan baku, dan energi menjadi penopang IHSG di sesi I hari ini yakni masing-masing mencapai 1,39%, 1,2%, dan 1,15%.

Sementara dari sisi saham, emiten perbankan raksasa mendominasi penopang IHSG, dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar dari emiten perbankan raksasa yakni mencapai 11,6 indeks poin.

Namun, emiten energi baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang paling besar IHSG di sesi I yakni mencapai 12,4 indeks poin.

Berikut ini saham-saham penopang IHSG di sesi I hari ini.

IHSG bergairah di tengah cukup banyaknya sentimen positif dari dalam negeri pada hari ini, mulai dari kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% yang hanya berlaku pada barang dan jasa mewah, kemudian data manufaktur yang mulai pulih.

Pemerintah akhirnya mengumumkan penetapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% hanya untuk barang mewah dan untuk barang sehari-hari yang menjadi kebutuhan masyarakat umum dipastikan tidak terdampak PPN 12%.

Kategori barang mewah yang dimaksud tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 15 tahun 2023. Selain dari item-item yang tercantum dalam PMK nomor 15 tahun 2025, PPN yang berlaku tetap 11% mengacu pada penetapan sejak 2021.

Rincian mengenai jenis barang kebutuhan pokok dan barang penting (Bapokting) diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2020 (Perubahan Perpres 71 Taun 2015) tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.

Sebagian besar jenis barang Bapokting telah diberikan fasilitas PPN, perlu perluasan fasilitas untuk yang masih terutang PPN.

Hal ini juga menjadi kabar baik bagi para pelaku usaha karena daya beli masyarakat tidak jadi terbebani oleh kenaikan PPN 12%.

Sementara itu, aktivitas manufaktur Indonesia akhirnya bangkit setelah lima bulan terpuruk.

Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 51,2 pada Desember 2024. Angka ini memastikan PMI Indonesia kembali ke jalur ekspansif setelah terkontraksi selama lima bulan. Angka PMI ini juga menjadi yang tertinggi sejak tujuh bulan terakhir.

Seperti diketahui, PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama lima bulan beruntun yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November 2024 (49,6).

Terakhir kali Indonesia mencatat kontraksi manufaktur selama lima bulan beruntun adalah pada awal pandemi Covid-19 2020 di mana aktivitas ekonomi memang dipaksa berhenti untuk mengurangi penyebaran virus.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

Namun, ada sedikit kabar kurang menggembirakan, di mana Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 1,57% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada 2024. Inflasi tahunan ini merupakan inflasi terendah sepanjang masa.

Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, mengungkapkan tingkat inflasi tahun ke tahun pada Desember 2024 adalah sebesar 1,57% atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen 105,15 pada Desember 2023, menjadi 106,80 pada Desember 2024.

"Berdasarkan kelompok pengeluarannnya, inflasi tahunan utamanya didorong oleh kelompok makanan minuman dan tembakau, dengan inflasi sebesar 1,90% dan memberikan andil sebesar 0,55% terhadap inflasi umumnya," papar Pudji.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd/chd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos BEI: Bursa RI Memiliki Daya Saing Tinggi di Tingkat Global

Next Article Usai Anjlok Kemarin, IHSG Sesi I Menguat ke Level 7.137

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|