Jakarta, CNBC Indonesia - Tepat 15 tahun lalu, pada 27 Februari 2010, gempa bumi berkekuatan 8,8 magnitudo mengguncang wilayah Cile selatan, dengan pusat gempa di lepas pantai Concepción.
Gempa dahsyat yang berlangsung selama empat menit ini memicu tsunami yang menewaskan 550 orang dan menjadi bencana alam paling mematikan di negara itu sejak gempa 9,5 magnitudo tahun 1960, yang masih tercatat sebagai gempa terbesar dalam sejarah dunia.
Kini, ilmuwan memperingatkan bahwa gempa besar berikutnya diperkirakan akan terjadi di Cile bagian utara, wilayah yang kaya akan sumber daya mineral dan merupakan pusat industri tembaga serta litium negara tersebut.
"Setiap 10 tahun sekali selalu ada kejadian besar," kata Felipe Leyton, seorang seismolog dari Universitas Cile, dilansir Reuters, Jumat (28/2/2025).
Menurutnya, ada area di negara tersebut yang terus mengumpulkan banyak tekanan geologi akibat jalur patahan, dan ini memungkinkan kita untuk memprediksi potensi gempa besar.
"Dalam jangka pendek, dalam skala seismik dan geologi, kita memperkirakan akan ada gempa besar di bagian utara Cile."
Adapun Cile dikenal sebagai negara yang paling rawan gempa di dunia, karena terletak di zona Cincin Api Pasifik, kawasan seismik paling aktif di bumi.
Negara ini membentang sepanjang 4.300 km dari utara ke selatan dengan lebar rata-rata 180 km, dan memiliki Pegunungan Andes yang membentang di sepanjang perbatasan baratnya.
Gempa di Chile disebabkan oleh tumbukan lempeng tektonik Nazca dan Amerika Selatan yang terjadi di sepanjang negara ini. Pergerakan lempeng ini terus menekan lapisan bumi, menciptakan ketegangan yang sewaktu-waktu bisa dilepaskan dalam bentuk gempa besar.
"Kami tahu bahwa pergerakan lempeng di Chile terjadi secara konstan, dan di beberapa titik, tekanan yang terkumpul akan dilepaskan dalam bentuk gempa bumi besar," jelas Dr. Mohama Ayaz, ahli geologi dan insinyur geospasial dari Universitas Santiago, Cile.
Dengan kemajuan teknologi, para ilmuwan kini dapat memantau pergerakan lempeng tektonik menggunakan teknologi GPS untuk mendeteksi perubahan sekecil apa pun yang dapat menjadi indikator potensi gempa bumi.
"Kita memang tidak bisa memastikan kapan tepatnya gempa akan terjadi, tetapi kita bisa mengantisipasinya. Gempa bumi adalah hasil dari akumulasi tekanan, dan tekanan ini bergantung pada waktu sejak kejadian seismik besar terakhir," kata Ayaz.
"Di Cile bagian utara, belum ada pelepasan energi besar dalam beberapa tahun terakhir, berbeda dengan Chile bagian selatan yang mengalami gempa dahsyat pada 2010. Inilah sebabnya mengapa kami memperkirakan bahwa gempa besar berikutnya akan terjadi di wilayah utara."
Peringatan ini menjadi sangat penting, mengingat Cile utara merupakan pusat utama industri pertambangan negara itu. Cile dikenal sebagai penghasil tembaga terbesar di dunia dan produsen litium terbesar kedua di dunia.
"Seluruh produksi litium Chile ada di bagian utara negara ini, begitu juga dengan tambang-tambang tembaga terbesar," jelas Ayaz.
Jika gempa besar benar-benar terjadi, bukan hanya infrastruktur yang akan terdampak, tetapi juga perekonomian Cile yang sangat bergantung pada sektor pertambangan.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Gempa Guncang Aceh Selatan, Tidak Berpotensi Tsunami
Next Article Video: Indonesia Masih Rawan Bencana Alam dari Gempa Hingga Tsunami