REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyoroti peran kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada 2026. Menurut dia, pemerintah berpeluang mencapai target pertumbuhan ekonomi 6 persen jika pertumbuhan kredit perbankan ditetapkan secara lebih agresif.
Diketahui, melalui kesepakatan dengan DPR RI, pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2026 sebesar 5,4 persen dengan inflasi 2,5 persen. Namun, Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan optimismenya bahwa pertumbuhan ekonomi pada 2026 bisa menembus 6 persen.
Sejalan dengan itu, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan pada 2026 berada di kisaran 8 hingga 12 persen, dengan titik tengah sekitar 10 persen. Sementara itu, pada tahun ini pertumbuhan kredit perbankan tercatat mencapai 7,74 persen secara year on year (yoy) hingga Oktober 2025.
“Saya melihat itu enggak match antara target pertumbuhan ekonomi 6 persen tetapi target kreditnya hanya 8—12 persen,” ujar Eko dalam diskusi publik bertajuk Catatan Akhir Tahun Indef: Liburan di Tengah Tekanan Fiskal yang digelar secara daring, Senin (29/12/2025).
Ia merefleksikan capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia secara historis pada era reformasi. Berdasarkan data CEIC, pertumbuhan ekonomi Indonesia pernah bergerak di kisaran 5,5 hingga 6 persen pada periode 2010—2014, saat pertumbuhan kredit perbankan mencapai hingga 20 persen.
“Kalau (pertumbuhan kredit) hanya 8 persen, mau menghasilkan pertumbuhan ekonomi 6 persen, kita baca refleksi data, sulit untuk kita cerna. Sehingga yang harus dilakukan adalah kami usul pertumbuhan kredit perlu tumbuh dua kali lipat dari pertumbuhan saat ini 7,74 persen, berarti at least 15 persen atau 16 persen, untuk bicara pertumbuhan ekonomi 5,4 persen kaha tau 6 persen,” ungkap Eko.
Menurut analisisnya, jika target pertumbuhan kredit perbankan dinaikkan dua kali lipat, ia mengaku lebih optimistis terhadap target pertumbuhan ekonomi pemerintah tahun depan sebesar 5,4 persen, bahkan berpeluang lebih tinggi. Namun, jika pertumbuhan kredit hanya ditargetkan 8 hingga 12 persen, ekonomi diperkirakan bergerak datar di kisaran 5 persen.
“Kenapa demikian? Faktanya pada hari ini, 70 persen dari ekonomi kita, likuiditasnya masih ditentukan dari mengucur atau tidaknya dana perbankan ke sektor riil. Kalau perbankan enggak menyalurkan kreditnya secara kencang, enggak akan ada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari saat ini,” jelasnya.

2 hours ago
1













































