India Diam-Diam Dongkol Nilai Perdagangannya Kalah dari Indonesia

12 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan antara Indonesia dengan India yang selalu surplus membuat pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi diam-diam "dongkol".

Saat Presiden Prabowo Subianto beserta rombongan menteri mengadakan kunjungan kenegaraan ke negeri Bollywood pada akhir pekan lalu, kedongkolan ini sempat disampaikan secara langsung.

Pada momen itu, Menteri Perdagangan dan Industri India Piyush Goyal menyampaikan kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk mempersempit surplus neraca perdagangan Indonesia dengan India.

"Mereka minta agar neraca perdagangannya bisa dipersempit. Tentu kita akan bicarakan lagi secara teknis," kata Airlangga saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (30/1/2025).

Mengutip catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada Desember 2024 India menjadi negara kedua yang menyumbang surplus neraca perdagangan Indonesia. Surplus neraca ekspor dan impor Indonesia dengan India mencapai US$ 1,02 miliar, sedangkan peringkat pertama penyumbang surplus ialah Amerika Serikat sebesar US$ 1,75 miliar.

Namun, surplus neraca perdagangan kedua negara itu sebetulnya menyusut dibanding catatan pada November 2024 yang senilai US$ 1,12 miliar. Bahkan, jauh lebih rendah dari catatan per Desember 2023 yang sebesar US$ 1,42 miliar.

Surplus neraca perdagangan yang terus terjadi itu membuat India menerapkan berbagai kebijakan pembatasan perdagangan ke Indonesia, seperti pemberlakuan tarif bea masuk untuk sejumlah komoditas maupun pemberlakuan kuota ekspor.

"Perlindungan terhadap industri dalam negerinya tinggi sekali, sehingga banyak produk Indonesia dikenakan bea masuk atau bahkan dikenakan kuota," ucap Airlangga.

Merespons permintaan pemerintah India supaya surplus neraca perdagangan dipersempit, Airlangga mengatakan Indonesia akan melihat beberapa produk asal India yang bisa banyak diserap untuk kepentingan industri di dalam negeri, maupun untuk menekan sejumlah komoditas yang harganya tinggi di dalam negeri, seperti komoditas farmasi.

"Berdasarkan pengalaman, dulu sektor strategis pangan, ataupun strategis pharmaceutical pada saat kebutuhan mereka emergency mereka stop. Nah ini yang kita juga bicarakan dengan mereka," ungkap Airlangga.

"Tentu kita berharap pharmaceutical itu yang bisa menurunkan biaya kesehatan di Indonesia dan tentu obat-obat yang non-generic. Nah mereka mempunyai kemampuan yang cukup kuat, itu kita minta agar sektornya bisa masuk ke Indonesia," tegasnya.

Meski demikian, penting dicatat bahwa masalah perdagangan ini tidak membuat hubungan kedua negara makin renggang. Pemerintah Indonesia dan India pada saat itu juga telah sepakat untuk terus meningkatkan nilai transaksi perdagangan ke depan, termasuk arus investasi.

"Sekarang kan perdagangan kedua negara kira-kira US$ 32 billion. Targetnya adalah dinaikkan menjadi US$ 50 billion," ujar Airlangga.


(arj/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Festival Keagamaan di India Makan Korban, 40 Tewas

Next Article Video: Hujan Lebat di Gujarat India, 35 Orang Tewas

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|