Rudal Fattah diluncurkan dalam sebuah upacara di Teheran, Iran, Selasa, 6 Juni 2023. Iran mengklaim telah menciptakan rudal hipersonik yang mampu melaju dengan kecepatan 15 kali kecepatan suara.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sekretaris Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran, Ali Larijani dikutip Iran Front Page, Selasa (23/9/2025), mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) pernah mencoba menerapkan syarat yang meminta Iran mengurangi daya jelajah rudal-rudalnya menjadi kurang dari 500 kilometer (km). Permintaan AS yang menjadi bagian dari proses negosiasi nuklir itu, kata Larijani, tentunya ditolak oleh Teheran.
Larijani menerangkan, dalam kerangka upaya diplomatik, dua proposal diajukan kepada Iran, satu dari negara-negara Eropa dan satu lagi oleh Rusia. Iran menerima inisiatif diplomatik itu dengan syarat-syarat tertentu dan kerangka waktu 6 bulan negosiasi. Namun demikian, Eropa gagai untuk menghargai komitmen diplomasi mereka dan malahan mengejar reaktivasi mekanisme sanksi 'snapback' di Dewan Keamanan PBB.
Larijani menyoroti dua poin penting negosiasi:
1. "Dalam rencana awal Amerika, mereka menerapkan sebuah syarat yang mana orang dengan martabat tidak akan bisa menerima, yakni memangkas jarak jelajah rudal menjadi kurang dari 500 kilometer. Apakah hal seperti itu terpikirkan oleh Iran? Masalah membentang jelas di sini: Mereka mengajukan tuntutan yang secara mendasar tidak bisa diterima."
2. "Dalam JCPOA, sebuah mekanisme tersedia di mana satu pihak melanggar komitmennya, pihak lain akan memiliki hak untuk merespons. Siapa yang akan pertama kali melanggar komitmen? Pertama AS menarik diri, lalu Eropa gagal untuk mematuhi, dan akhirnya mereka yang memilih untuk melakukan pengeboman. Jadi siapa yang seharusnya berhak untuk mengajukan protes?"