Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan udara yang dilancarkan oleh jet tempur Israel di desa Tamoun, Tepi Barat, pada Rabu (30/1/2025) malam waktu setempat telah menewaskan sedikitnya 10 orang. Otoritas kesehatan Palestina memperingatkan bahwa jumlah korban kemungkinan akan terus bertambah seiring dengan proses evakuasi dan pencarian korban lainnya.
Militer Israel menyatakan bahwa serangan ini menargetkan sel militan Palestina di wilayah tersebut berdasarkan informasi intelijen. Namun, menurut kesaksian warga, serangan udara tersebut menghantam sebuah rumah di kawasan padat penduduk, meningkatkan jumlah korban jiwa di kalangan warga sipil.
Serangan ini menandai eskalasi terbaru dalam operasi militer Israel yang makin intens terhadap kelompok bersenjata Palestina di wilayah yang diduduki.
Sebelum perang di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, serangan udara Israel di Tepi Barat terbilang jarang terjadi. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, Israel semakin mengandalkan kekuatan udara untuk menyerang kelompok bersenjata Palestina yang mereka anggap sebagai ancaman.
Israel mengeklaim bahwa operasi militer yang diperluas di Tepi Barat diperlukan untuk merespons peningkatan serangan militan Palestina terhadap warga Israel, termasuk aksi penembakan. Namun, dari sisi Palestina, serangan militer Israel justru memperdalam kebencian dan memperpanjang siklus kekerasan.
Di tempat lain, pasukan Israel masih melanjutkan serangan besar-besaran di kamp pengungsi Jenin, yang telah menewaskan sedikitnya 18 warga Palestina.
"Serangan ini hanya akan memperburuk situasi dan memperpanjang konflik," ujar seorang pejabat Palestina yang tidak ingin disebutkan namanya, kepada Reuters.
Hamas Serukan Perlawanan
Dalam pernyataan resminya, kelompok Hamas mengutuk serangan Israel dan berduka atas kematian para korban di Tamoun, meskipun mereka tidak mengeklaim bahwa para korban adalah anggota mereka. Hamas juga menyerukan kepada warga Palestina di Israel dan Tepi Barat untuk mengambil tindakan melawan Israel sebagai bentuk balasan atas serangan tersebut.
"Kami menyerukan mobilisasi luas untuk membuat Israel membayar atas kejahatan ini," kata pernyataan Hamas.
Sementara itu, gencatan senjata yang sedang berlaku antara Israel dan Hamas di Gaza bertujuan untuk mengakhiri perang dan memfasilitasi pertukaran sandera-di mana puluhan warga Israel yang ditahan Hamas akan dibebaskan, dan ratusan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel juga akan dibebaskan.
Namun, perjanjian gencatan senjata tersebut tidak mencakup Tepi Barat, sehingga serangan dan operasi militer Israel di wilayah ini masih terus berlanjut.
Di Gaza sendiri, meskipun ratusan ribu warga Palestina telah kembali ke wilayah utara Gaza dalam tiga hari terakhir, mereka justru mendapati kawasan tempat tinggal mereka telah hancur akibat lebih dari 15 bulan perang. Banyak yang kehilangan teman dan keluarga, sementara sebagian besar lingkungan telah berubah menjadi puing-puing kehancuran.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Israel Lakukan Operasi Militer di Tepi Barat
Next Article 5 Update Perang Gaza: Korban Tewas Tembus 40.000, Polio Merebak